KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“AQIDAH ”
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.
Binjai , November 2013
Binjai , November 2013
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Aqidah Islam
B. Ruang
lingkup pembahasan aqidah
C. Fungsi kitab suci yang dibawa rasul
BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B.
SARAN .
DAFTAR
PUSTAKA .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala
sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya,
bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan
manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan
sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi
beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping
kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada,
sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah
sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang
lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna
aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada
Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para
Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah aqidah itu?
2. Apakah sumber dari aqidah?
3. Bagaimana aqidah jika di tinjau
dari ayat-ayat Al Qur’an?
4. Apakah manfaat aqidah ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu
aqidah secara etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah,
pengertian aqidah yang ditinjau dari ayat-ayat Al Qur’an, ruang lingkup
pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang muslim
BAB II
PEMBAHASAN
A.
AQIDAH
ISLAM
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi)
:
Kata
"‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi
kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk
(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai
arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah
artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya
pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Aqidah islam
itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran
manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung
pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain sebagainya.
Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.
Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.
C. Tugas dan peranan Nabi dan Rasul
Nabi
dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada
manusia tentang keesaan Allah swt dan membina mereka agar melaksanakan
ajaranNya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al Qur’an
Manusia
dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tidak mungkin mengetahui segala
informasi tentang Tuhan, kecuali diberitahu oleh Tuhan sendiri. Pencarian Tuhan
oleh manusia menyebabkan kesalahan yang sangat fatal, karena manusia menjadi
penentu Tuhannya. Dalam logika yang sehat, Tuhan sebagai pencipta haruslah Maha
Kuasa dari segala sesuatu yang diciptakannya. Oleh karena itu, manusia
memerlukan informasi tentang Tuhan dari Tuhan sendiri agar informasi yang
diterimanya benar menurut Tuhan sendiri; bukan benar menurut manusia.
Untuk
berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak memiliki kemampuan sehingga
mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan. Karena itu manusia memerlukan
penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk
menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah peranan dan fungsi Rasul
sebagai orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk menerangkan segala sesuatu
tentang Tuhan.
Karena
itu beriman kepada Tuhan mengharuskan orang untuk beriman kepada Rasul, karena
dengan perantaraan Rasullah orang dapat mengetahui segala sesuatu tentang Tuhan.
Nabi dan Rasul adalah pembawa berita dari Tuhan, mereka tidak berbicara atas
dasar pikirannya, melainkan atas dasar wahyu.
D. Fungsi Kitab suci yang dibawa
Rasul
Bagi umatnya Allah menurunkan petunjuk kepada
manusia melalui wahyu yang dibawa oleh para Rasul-Nya. Alquran mencatat empat
kitab suci yang dibawa rasul-rasul Allah untuk manusia, yaitu Zabur, Taurat,
Inzil dan Alquran yang masing-masing dibawa oleh Nabi Daud, Musa, Isa dan
muhammad SAW. Kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut merupakan
informasi dari Allah Swt untuk disampaikan kepada manusia. Keempat kitab suci
tersebut bersumber dari Allah Swt, karena itu dari segi keyakinan (aqidah)
ketuhanannya sama, yaitu tauhid atau mengesakan Tuhan. Sedangkan hukum-hukum
(syariat) yang dibawanya memiliki perbedaan, karena hukum-hukum itu terkait
dengan kondisi dan situasi masyarakatnya, terlebih lagi nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad diutus untuk suatu bangsa atau suku bangsa tertentu, karena itu
syariat masing-masing Nabi berbeda.
Kitab-kitab
suci yang dibawa para nabi berfungsi memberikan penjelasan tentang kebenaran
Allah Yang Maha Esa sebagai Tuhan Semesta Alam serta memberikan petunjuk jalan
yang benar kepada umatnya. Dengan berpegang kepada kitab suci, maka umat para
Nabi memperoleh jalan yang terang dalam menempuh hidupnya dan sebaliknya umat
yang tidak patuh kepada petunjuk kitab suci memperoleh siksaan.
Hal
ini tampak dalam sejarah para Nabi terdahulu yang menjadi cermin bagi umatnya
yang ada sekarang ini. Percaya kepada kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan
ke dunia merupakan bagian dari keimanan yang harus dimiliki setiap muslim.
Kepercayaan ini sebagai bukti kepatuhan kepada Allah yang mengharuskan setiap
muslim untuk beriman kepada kitab-kitab Allah.
Keimanan terhadap kebenaran kitab-kitab itu terbatas
kepada kitab-kitab atau wahyu yang turun kepada Nabinya ketika mereka masih
ada, yaitu kitab yang asli yang sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Sedangkan
kitab-kitab lama yang sekarang masih ada telah mengalami perubahan sebagaimana
disebut dalam Alquran maupun hadis. Terhadap ktab-kitab ini tidak ada perintah
agama untuk mengimaninya, tetapi perlakuan terhadap mereka harus dijaga dengan
baik, tanpa membenarkan isi kitab mereka.
E.Pengertian qadha dan qadar
Allah
sebagai Maha Pencipta telah meletakkan ukuran yang pasti kepada seluruh ciptaan
Nya dimana ukuran-ukuran tersebut menjadi hukum tersendiri bagi alam. Aturan
yang ditetapkan Allah atas alam tersebut seringkali disebut sunnatullah dan
dalam ilmu pengetahuan disebut hukum alam. Sunnatullah yang telah diatur
sehingga alam menjadi harmonis dan seimbang itu bukanlah sesuatu yang terjadi
secara kebetulan, tetapi direncanakan secara sengaja oleh Allah Swt.
Rencana
Allah atas alam dan semua makhluknya disebut qadha Sedangkan realisasi segala
perencanaan itu disebut qadar. Perencanaan yang telah ditetapkan Allah atas
segala sesuatu merupakan hak Allah dan manusia tidak bisa mengintervensinya.
Disebutkan dalam hadits riwayat anas bin malik ra.
Demikain
pula Allah berhak untuk menentukan dan melaksanakan apa yang direncanakannya
untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan-Nya. Allah menetapkan qadha dan
qadar dan siapapun tidak akan bisa merubahnya kecuali Allah sendiri.
Allah yang berhak merobah
ketentuannya karena Dia Maha Kuasa atas segalanya, misalnya: api adalah zat
yang telah ditentukan Allah untuk memiliki sifat panas dan dapat membakar
sesuatu. Tetapi suatu saat api yang panas itu dirobah-Nya untuk dingin sehingga
Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran yang dilakukan musuhnya.
Demikian pula hukum-hukum yang lain, misalnya
apabila benda dilepaskan dari suatu ketinggian, maka benda itu akan jatuh ke
bumi.Jatuh ke bumi adalah takdir Allah yang disebut oleh ilmu pengetahuan
dengan istilah gravitasi. Kemudian manusia memikirkan dan mengusahakan dengan
kemampuannya untuk menghindarkan
gravitas bumi dengan membuat peralatan tertentu seperti pesawat udara, maka gravitasi
itu pun dapat dihindari dan manusia dapat melayang di udara.
Kemampuan manusia untuk melayang di udara
dengan pesawat terbang itu juga adalah takdir Allah. Dari kedua contoh di atas
tampak bahwa Allah menetapkan dan merubah takdir segala sesuatu. Perubahan itu
merupakan kekuasaan Allah dan sebagian dapat dirubah oleh manusia melalui
usaha-usahanya. Takdir yang berupa ketetapan atau hukum Allah atas segala
sesuatu tidak terlepas dari sifat Allah Yang Maha Adil, karena itu segala usaha
manusia akan diperhitungkan Allah sebagai gambaran keadilan- Nya itu.
Demikian
pula dengan nasib seseorang, Allah telah menetapkan qadha dan qadarnya yang
tiada seorang pun mengetahuinya. Selanjutnya manusia didorong untuk berusaha sekuat
tenaga untuk mendapatkan takdir yang terbaik untuknya. Allah Maha Adil untuk memberikan
perhargaan pada usaha yang dilakukan manusia, karena itu bisa jadi takdirnya menjadi
baik pula baginya. Dengan demikian qadar dan ikhtiar merupakan dua hal yang
tidak terpisahkan, tetapi takdir Allah yang terjadi pada seseorang setelah
berikhtiar merupakan keputusan Allah yang terbaik bagi orang itu. Karena Allah
hanya memberikan yang terbaik sesuai
dengan sifatnya Yang Maha pengasih dan Penyayang. Walaupun yang terbaik menurut
Allah tidak selalu sama dengan keinginan dan harapan manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aqidah
adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan,
atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada
keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat
kafir atau menyekutukan Allah.
Aqidah islam
itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran
manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung
pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Atas dasar
ini, akidah merzcerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu'jizat
dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Keyakinan
harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa yang menyakin
adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti di
tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan Allah SWT,
diterangkan bahwa kandungan Al-Qur’an ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan
hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan
tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan
(tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan pembacanya dari syirik
(menyekutukan Allah )
B. Saran
Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan makalah saya ini, terutamanya saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga saya harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam perbaikan pembuatan makalah saya ini.
Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan makalah saya ini, terutamanya saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga saya harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam perbaikan pembuatan makalah saya ini.
DAFTAR
PUSTAKA
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdu! Qadir Jawas, Penerbit Pustaka
At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425HIAgustus
2004M]
[1]. Lisaanul `Arab (IX/31 1:tj-~)
karya tbnu Nlanzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamu! Wasiith (tl/614:tL.3-~).
[2]. Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah,
dan Asma' wa Shifat Allah.
[3]. Lihat Buhuuts fii `Aqiidah
Ahtis Sunnah wat Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin `Abdul Karim at
`Aql, cet. !II Daarul `Ashimah/ th. 1419 H, `Aqiidah Ahiis Sunnah wal Jamaa'ah
(hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim alHamd dan Mujmal Ushuul Ahlis
Sunnah wal Jamaa'ah fil `Aqiidah oleh Dr. Nashir bin `Abdul Karim al-`Aql.
[Disalin dari kitab AI-Qadha wal
Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh Muhammad Shalih
AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Daru( Haq, Cetakan Rabi'ul Awwa(
1420HIJuni 1999M]
0 komentar:
Posting Komentar