Jumat, 17 Januari 2014

makalah tentang “AQIDAH ”



KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“AQIDAH ”

            Dengan selesainya  makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.


                                                                                  Binjai ,   November   2013





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Aqidah Islam
B. Ruang lingkup pembahasan aqidah
C. Fungsi kitab suci yang dibawa rasul
   BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN
B.     SARAN .
DAFTAR PUSTAKA .

 





BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.   


1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah aqidah itu?
2. Apakah sumber dari aqidah?
3. Bagaimana aqidah jika di tinjau dari ayat-ayat Al Qur’an?
 4. Apakah manfaat aqidah ?

1.3 Tujuan Penulisan
          Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah,  pengertian aqidah yang ditinjau dari ayat-ayat Al Qur’an, ruang lingkup pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang muslim


 
BAB  II
PEMBAHASAN

A.    AQIDAH ISLAM
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :

 Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).  Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.


B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:

1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain

2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain sebagainya.


3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.

C.  Tugas dan peranan Nabi dan Rasul

            Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah swt dan membina mereka agar melaksanakan ajaranNya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al Qur’an

            Manusia dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tidak mungkin mengetahui segala informasi tentang Tuhan, kecuali diberitahu oleh Tuhan sendiri. Pencarian Tuhan oleh manusia menyebabkan kesalahan yang sangat fatal, karena manusia menjadi penentu Tuhannya. Dalam logika yang sehat, Tuhan sebagai pencipta haruslah Maha Kuasa dari segala sesuatu yang diciptakannya. Oleh karena itu, manusia memerlukan informasi tentang Tuhan dari Tuhan sendiri agar informasi yang diterimanya benar menurut Tuhan sendiri; bukan benar menurut manusia.
            Untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak memiliki kemampuan sehingga mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan. Karena itu manusia memerlukan penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah peranan dan fungsi Rasul sebagai orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk menerangkan segala sesuatu tentang Tuhan.
            Karena itu beriman kepada Tuhan mengharuskan orang untuk beriman kepada Rasul, karena dengan perantaraan Rasullah orang dapat mengetahui segala sesuatu tentang Tuhan. Nabi dan Rasul adalah pembawa berita dari Tuhan, mereka tidak berbicara atas dasar pikirannya, melainkan atas dasar wahyu.

D. Fungsi Kitab suci yang dibawa Rasul
            Bagi umatnya Allah menurunkan petunjuk kepada manusia melalui wahyu yang dibawa oleh para Rasul-Nya. Alquran mencatat empat kitab suci yang dibawa rasul-rasul Allah untuk manusia, yaitu Zabur, Taurat, Inzil dan Alquran yang masing-masing dibawa oleh Nabi Daud, Musa, Isa dan muhammad SAW. Kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut merupakan informasi dari Allah Swt untuk disampaikan kepada manusia. Keempat kitab suci tersebut bersumber dari Allah Swt, karena itu dari segi keyakinan (aqidah) ketuhanannya sama, yaitu tauhid atau mengesakan Tuhan. Sedangkan hukum-hukum (syariat) yang dibawanya memiliki perbedaan, karena hukum-hukum itu terkait dengan kondisi dan situasi masyarakatnya, terlebih lagi nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad diutus untuk suatu bangsa atau suku bangsa tertentu, karena itu syariat masing-masing Nabi berbeda.
            Kitab-kitab suci yang dibawa para nabi berfungsi memberikan penjelasan tentang kebenaran Allah Yang Maha Esa sebagai Tuhan Semesta Alam serta memberikan petunjuk jalan yang benar kepada umatnya. Dengan berpegang kepada kitab suci, maka umat para Nabi memperoleh jalan yang terang dalam menempuh hidupnya dan sebaliknya umat yang tidak patuh kepada petunjuk kitab suci memperoleh siksaan.
            Hal ini tampak dalam sejarah para Nabi terdahulu yang menjadi cermin bagi umatnya yang ada sekarang ini. Percaya kepada kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan ke dunia merupakan bagian dari keimanan yang harus dimiliki setiap muslim. Kepercayaan ini sebagai bukti kepatuhan kepada Allah yang mengharuskan setiap muslim untuk beriman kepada kitab-kitab Allah.
            Keimanan terhadap kebenaran kitab-kitab itu terbatas kepada kitab-kitab atau wahyu yang turun kepada Nabinya ketika mereka masih ada, yaitu kitab yang asli yang sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Sedangkan kitab-kitab lama yang sekarang masih ada telah mengalami perubahan sebagaimana disebut dalam Alquran maupun hadis. Terhadap ktab-kitab ini tidak ada perintah agama untuk mengimaninya, tetapi perlakuan terhadap mereka harus dijaga dengan baik, tanpa membenarkan isi kitab mereka.

E.Pengertian qadha dan qadar
            Allah sebagai Maha Pencipta telah meletakkan ukuran yang pasti kepada seluruh ciptaan Nya dimana ukuran-ukuran tersebut menjadi hukum tersendiri bagi alam. Aturan yang ditetapkan Allah atas alam tersebut seringkali disebut sunnatullah dan dalam ilmu pengetahuan disebut hukum alam. Sunnatullah yang telah diatur sehingga alam menjadi harmonis dan seimbang itu bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tetapi direncanakan secara sengaja oleh Allah Swt.
            Rencana Allah atas alam dan semua makhluknya disebut qadha Sedangkan realisasi segala perencanaan itu disebut qadar. Perencanaan yang telah ditetapkan Allah atas segala sesuatu merupakan hak Allah dan manusia tidak bisa mengintervensinya. Disebutkan dalam hadits riwayat anas bin malik ra.
            Demikain pula Allah berhak untuk menentukan dan melaksanakan apa yang direncanakannya untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan-Nya. Allah menetapkan qadha dan qadar dan siapapun tidak akan bisa merubahnya kecuali Allah sendiri.

Allah yang berhak merobah ketentuannya karena Dia Maha Kuasa atas segalanya, misalnya: api adalah zat yang telah ditentukan Allah untuk memiliki sifat panas dan dapat membakar sesuatu. Tetapi suatu saat api yang panas itu dirobah-Nya untuk dingin sehingga Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran yang dilakukan musuhnya.
             Demikian pula hukum-hukum yang lain, misalnya apabila benda dilepaskan dari suatu ketinggian, maka benda itu akan jatuh ke bumi.Jatuh ke bumi adalah takdir Allah yang disebut oleh ilmu pengetahuan dengan istilah gravitasi. Kemudian manusia memikirkan dan mengusahakan dengan kemampuannya untuk  menghindarkan gravitas bumi dengan membuat peralatan tertentu seperti pesawat udara, maka gravitasi itu pun dapat dihindari dan manusia dapat melayang di udara.
             Kemampuan manusia untuk melayang di udara dengan pesawat terbang itu juga adalah takdir Allah. Dari kedua contoh di atas tampak bahwa Allah menetapkan dan merubah takdir segala sesuatu. Perubahan itu merupakan kekuasaan Allah dan sebagian dapat dirubah oleh manusia melalui usaha-usahanya. Takdir yang berupa ketetapan atau hukum Allah atas segala sesuatu tidak terlepas dari sifat Allah Yang Maha Adil, karena itu segala usaha manusia akan diperhitungkan Allah sebagai gambaran keadilan- Nya itu.
            Demikian pula dengan nasib seseorang, Allah telah menetapkan qadha dan qadarnya yang tiada seorang pun mengetahuinya. Selanjutnya manusia didorong untuk berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan takdir yang terbaik untuknya. Allah Maha Adil untuk memberikan perhargaan pada usaha yang dilakukan manusia, karena itu bisa jadi takdirnya menjadi baik pula baginya. Dengan demikian qadar dan ikhtiar merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, tetapi takdir Allah yang terjadi pada seseorang setelah berikhtiar merupakan keputusan Allah yang terbaik bagi orang itu. Karena Allah hanya memberikan yang terbaik  sesuai dengan sifatnya Yang Maha pengasih dan Penyayang. Walaupun yang terbaik menurut Allah tidak selalu sama dengan keinginan dan harapan manusia.

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau menyekutukan Allah.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Atas dasar ini, akidah merzcerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu'jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa yang menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti di tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan Allah SWT, diterangkan bahwa kandungan Al-Qur’an ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah )

B. Saran
            Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan makalah saya ini, terutamanya saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga saya harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam perbaikan pembuatan makalah saya ini.

 DAFTAR PUSTAKA

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdu! Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425HIAgustus 2004M]
[1]. Lisaanul `Arab (IX/31 1:tj-~) karya tbnu Nlanzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamu! Wasiith (tl/614:tL.3-~).
[2]. Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah.
[3]. Lihat Buhuuts fii `Aqiidah Ahtis Sunnah wat Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin `Abdul Karim at `Aql, cet. !II Daarul `Ashimah/ th. 1419 H, `Aqiidah Ahiis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al­Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil `Aqiidah oleh Dr. Nashir bin `Abdul Karim al-`Aql.
[Disalin dari kitab AI-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh Muhammad Shalih AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Daru( Haq, Cetakan Rabi'ul Awwa( 1420HIJuni 1999M]

0 komentar:

Posting Komentar