BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Paradigma yang berkembang mengenai teori evolusi
adalah penyangkalan teori evolusi dan cenderung mendehumanisasikan manusia
melalui sejarahnya. Karena manusia dalam teori evolusi berasal dari kera. Tidak
sedikit kalangan yang mengkritik habis teori evolusi hanya berupa dongengan
belaka. Terutama dari kalangan agamawan yang menentang habis teori evolusi
sebagai teori yang mutad dan menentang kebesaran Tuhan. Tetapi apakah yang
mendasari mereka mengatakan teori evolusi sebagai sebuah ajaran yang murtad.
Apakah tidak ada nilai baik yang dapat diambil inti dari teori evolusi ini?
Harun Yahya dalam karyanya yang
berjudaul “Menyibak Tabir Evolusi” adalah salah satu tokoh yang menentang
hadirnya teori evolusi. Beliau beranggapan bahwa asal mula manusia bukanlah
berdasarkan serangkaian kejadian yang terjadi secara kebutalan dari satu
spesies, tetapi melainkan melalui Sang Maha Kuasa. Tetapi apakah benar teori
evolusi hanya berupa teori yang menerangkan kejadian awal mula manusia?
Disinilah paradigma yang berkembang
dari teori evolusi mengalami kekeliruan yang mendasar. Teori evolusi bukanlah
suatu teori yang hanya menjabarkan kejadian asal mula manusia, tetapi teori
evolusi lebih dari itu. Teori evolusi merupakan suatu hasil penelitian ilmiah
yang menerangkan keserupaan antara berbagai jenis makhluk hidup yang dahulu dan
masa kini. Dan itu bukanlah merupakan penjabaran mutlak dari mana asal muasal
manusia atau siapakah makhluk hidup yang pertama dimuka bumi ini seperti
anggapan para penentang teori evolusi.
Memang pada awalnya—sewaktu abad 19,
teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin menerangkan perbandingan antara
manusia dan hewan (dalam kasus ini kera). Tetapi andaikan teori evolusi ini
diterima beberapa kalangan yang menentang sebagai sebuah teori yang terbuka,
maka akan tampaklah nilai-nilai baik yang tidak mendehumanisasikan manusia.
Lebih dari itu, teori ini merupakan titik pijak dari berkembangnya pengetahuan
manusia tentang sejarah kehidupan manusia.
Terasa dan memang sangat sulit untuk
menerima akan keterbukaan teori ini sebagai sebuah pengetahuan yang terbuka.
Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan antara ranah agama dan pengetahuan
ilmiah (sains). Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan kedua ranah ini dan
menyetujui bahwa menerima pemisahan agama dan ilmu pengetahuan adalah sebuah
jalan menuju kemaksiatan dan kemurtadaan. Tetapi lebih dari itu, pemisahan ilmu
pengetahuan dan agama merupakan sebuah jalan dari pengagungan yang lebih dari
Sang Kholik.
Mereka yang menyetujui teori evolusi
sebagai sebuah pengetahuan mengemukakan bahwa teori evolusi adalah sebuah
bentuk pengetahuan yang layak untuk disajikan. Hal ini bukanlah tanpa anggapan
yang tidak ilmiah. Sebagai ilmuwan, mereka mengemukakan gagasan yang relevan
dan masuk diakal untuk diberikan pada masyarakat. Sebagai contoh mengapa teori
evolusi merupakan serangkaian seleksi alam dalam keidupan.
Selain dalam bidang ilmiah, teori
evolusi inipun dikembangkan dalam bidang sosial. Karl Marx adalah salah satu
contoh dari pengembang dibidang sosial. Teori evolusi merupakan bentuk dari
sebuah proses yang membebaskan penganiayaan manusia berdasarkan seleksi alam.
Penyimpulan ini dikarenakan banyaknya masyarakat kelas pekerja yang akan tunduk
pada kaum borjuis. Tetapi lagi-lagi dengan melalui sebuah proses yang lama
namun pasti (evolusi), kaum proletar akan mendapatkan hak-hak hidupnya. Oleh
sebab itu dalam pembahasan makalah kami ini akan membahas teori evolusi dalam
bidang ilmu sosial.
B.
Rumusan Masalah
Dari mukadimah diatas, sekiranya terdapat beberapa
point yang akan dijadikan perumusan masalah. Diantaranya:
- Apakah teori evolusi itu ?
- Bagaimanakah macam-macam teori evolusionis?
- Bagaimanakah pandangan tokoh sosial tentang teori evolusionis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evolusi
Evolusi merupakan
salah satu topik yang masih terus menjadi perdebatan di dunia pendidikan
biologi, dan merambah di kehidupan masyarakat luas. Beberapa tokoh evolusionis
berusaha untuk menjelaskan tentang peristiwa evolusi, mereka dari berbagai
sudut pandang yang masing-masing, sehingga evolusi masih sulit untuk diterima
oleh semua orang. Hal ini terkendala oleh faktor X yang biasa dikenal dengan
istilah “Missing Links”. Hilangnya beberapa penghubung evolusi menjadikan
kendala yang masih sulit, untuk menghubungkan mata rantai kejadian evolusi
dapat dijelaskan secara terinci. Para ilmuwan yang menggunakan metode ilmiah
terus berusaha menyingkap kabut evolusi melalui sumber-sumber purbakala yang di
dapat. Bukti uji Palaentologi, evolusi biologi, dan lempeng tektonik.
Mendengar
kata ‘evolusi’ tentulah kita dengan segera memikirkan Darwin dengan “teori
keranya”.Tetapi evolusi tidaklah hanya berkisar pada manusia dan
kera.Berdasarkan asal katanya, evolusi berasal dari bahasa latin yaitu evolvo
yang berarti membuka gulungan, membuka lapisan, atau menguraikan. Berdasarkan
arti katanya, evolusi berasal dari bahasa Inggris yaitu evolution yang
berarti perubahan atau perkembangan bertahap.
Evolusi
mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara bertahap dan
perlahan-lahan. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin kompleksnya
struktur dan fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam jenis yang ada.
Definisi lain tentang evolusi adalah proses perubahan yang berlangsung
sedikit demi sedikit, memakan waktu lama, dan menghasilkan perkembangan spesies
baru. Evolusi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan secara bertahap
dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen dalam suatu
individu hingga menghasilkan perkembangan spesies baru.Spesies baru yang
terbentuk mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks. ( Sudarno,
1994)
Evolusi adalah perubahan bertahap
pada rentang waktu yang sangat panjang. Di dalam biologi, pengertian
evolusi telah mengalami perkembangan, dimana menurut Darwinisme: evolusi adalah
perubahan bertahap pada rentang waktu yang sangat panjang. Dengan berkembangnya
genentika molekuler, para ilmuwan mengembangkan teori evolusi komprehensip yang
menggabungkan Darwinisme dengan Mendelisme yang selanjutnya dikenal sebagai
sintesis modern (modern syntesis), yang artinya evolusi adalah perubahan
frekuensi alel dari suatu populasi persatuan waktu (Hendriani,Y. 2008).
B. Teori-teori Evolusi
Kajian
tentang evolusi berdasarkan beberapa ilmuwan sangat beragam. Beberapa ilmuwan
mengklasifikasikan teori evolusi berdasarkan objek kajiannya. Menurut
Amin (2009), berdasarkan obyek yang mengalami evolusi, evolusi dibedakan
menjadi dua, yaitu : evolusi anorganik dan evolusi organik.
a.
Evolusi
anorganik (evolusi universe)adalah yang terjadi pada lingkungan abiotic
Contohnya
: terjadinya bumi
b.
Evolusi
organik adalah
perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari generasi ke
generasi.Contoh : asal-usul kehidupan
Saat ini para ilmuwan telah memahami
bahwa sifat suatu organisme ditentukan atau diatur oleh subtansi kimia yang
dikenal dengan DNA. Subtansi tersebut tersimpan di dalam sel. Perubahan susunan
kimia pada DNA akan menyebabkan perubahan sifat organisme. Evolusi organisme
dibedakan menjadi dua macam, yaitu evolusi progresif dan evolusi regresif.
- Evolusi progresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang memungkinkan berlanjutnya kehidupan berikutnya.
- Evolusi regresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang tidak memungkinkandapat berlanjutnya kehidupan berikutnya.
Bila
setiap spesies hasil perubahan secara turun menurun terus mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, suatu ketika akan dihasilkan turunan yang bervariasi
dan mengarah terbentuknya spesies baru. Terbentuknya variasi dan spesies baru
akan meningkatkan keanekaragaman hayati di planet bumi.
Sebagai
contoh Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengatbiston betularia. Ngengat Biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia
hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit
daripada ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah revolusi
industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga
populasi ngengat Biston betularia putih menurun karena tidak dapat
beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Berdasarkan skala perubahannya
evolusi dibedakan atasmakroevolusi dan mikroevolusi.
- Makroevolusiadalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skalayang besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya species baru. Sebagai contoh makroevolusi adalah kemunculan bulu selama evolusi burung dari dinosaurus teropoda.
- Mikroevolusiadalah proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil, yaitu mengarah pada perubahan frekuensi gen atau kromosom. Ia juga disebut sebagai”perubahan di bawah tingkat spesies”.Perubahan ini disebabkan oleh empat proses yang berbeda: mutasi, seleksi (baik yang alami maupun buatan), aliran gen, dan hanyutan genetik.
Evolusi berdasarkan hasil akhirnya
terbagi menjadi evolusi divergen dan konvergen.
- Evolusi divergen, adalah proses evolusi yang perubahannya berasal dari satu species menjadi banyak dua species yang berbeda. Contoh jumlah jari nenek moyang vertebrata.
- Evolusi konvergen, adalah proses evolusi yang perubahannya menghasilkan 2 spesies memiliki perbedaan perkembangan organ-organnya mirip yang menepati satu lingkungan. Contoh Lumba-lumba, duyung, dan ikan Hiu.
Kini
evolusi bisa dikatakan telah menjadi teori sentral dalam biologi modern
(Hendriani, 2008). Seperti yang dikatakan dalam Farber (2003) tentang apa
yang diucapkan Dobzansky (1973), sebagian ahli biologi akan mengatakan bahwa “The
Theory of evolution is central organizing theory of the life sciences”. Teori
evolusi merupakan pusat teori di dalam kehidupan alam.
C. Perkembangan Teori Evolusi
Teori
Evolusi mempelajari perubahan yang berangsur angsur menuju arah yang sesuai
dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup. Selain itu juga, teori evolusi juga mengalami evolusi atau
perubahan sesuai dengan perubahan jaman dan perkembangan teknologi.
Perkembangan
teori evolusi tidak lepas dari perkembangan bidang-bidang ilmu yang lain
terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan lain-lain.
Teori evolusi berkembang sejalan dengan perubahan zaman dalam arus globalisasi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka teori evolusi mengalami perkembangan.Adapaun
perkembangan teori evolusi terbagi menjadi teori evolusi sebelum Darwin dan
teori evolusi setelah Darwin.
v Teori Evolusi Sebelum Darwin.
Sejarah
munculnya teori-teori evolusi sebenarnya baru dimulai pada tahun 1859, dengan
dipublikasikan buku On the Origin of Species, meskipun kebanyakan
ide-ide Darwin kenyataannya telah ada sejak masa lampau.Kenyataan bahwa bahwa
makhluk hidup beraneka ragam dan megalami perubahan sudah teramati sejak lama,
namun hal ini tidak melahirkan konsep-konsep evolusi sebagaimana yang terjadi
pada masa Darwin.
Parmenides
menyatakan bahwa sesuatu yang terlihat adalah suatu ilusi. Berbeda dengan apa
yang dikemukakan Parmenides, Heraclitus menyatakan bahwa dalam perjalanan
hidupnya makhluk hidup selama mengalami proses yang tetap Teori ini dikenal
dengan teori Fixise. Berasal dari kata ‘Fixed’., artinya ‘unchanging’
atau tetap, tidak berubah. Teori ini muncul satu atau dua abad sebelum teori
Darwin. Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan
antar satu organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis dianggap
tetap seperti apa adanya, tidak ada perubahan.
Namun
para Naturalis dan Philosohpy sering berspekulasi bahwa ada
terjadi transfomasi spesies.Para ahli yang mempertanyakan kebenaran teori ‘Fixed’
misalnya: Maupertuis ilmuwan dari Prancis, dan kakek Charles Darwin yaitu
Erasmus Darwin. Walaupun tidak ada pemikir-pemikir khusus yang mempersoalkan
teori Fixed dengan penjelasan yang ilmiah bahwa spesies berubah, namun
sebenarnya terdapat perhatian dan minat yang kuat berdasarkan kenyataan bahwa
dapat saja satu spesies berubah menjadi spesies kedua.
Pada
250 tahun sebelum Masehi, Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang menyerupai ikan. Pernyataan Empedocles yang berbau
evolusi namun janggal kedengarannya berbunyi bahwa manusia dan juga binatang
lainnya berasal dari bagian-bagian kepala, badan, dan tangan yang
terpisah-pisah, yang pada makhluk tertentu ketiganya tumbuh menjadi satu,
sedangkan pada makhluk lain hanya kepala dan badan yang tumbuh seperti pada
ikan. Artinya ada yang pertumbuhannya lengkap dan adapula yang tidak lengkap.
Ada
beberapa penganut paham lain yang mengelak terhadap adanya pengaturan atau
tuntunan khusus seperti pada vitalisme Para penganut paham lain ini berpegang
pada teori Orthogenesis, Nomogenesis, dan Aristogenesis yang
menganggap bahwa makhluk hidup itu berubah secara evolutif dan penentu
perubahan itu adalah germ plasma. Contoh: perkembangan bentuk dewasa
manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat embrio; Warna, bentuk, letak dan
bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada kuncup bunga. Perubahan pada kuncup
menjadi bunga hanya memerlukan tenaga untuk mekarnya sang bunga.
Ketiga
teori ini mempunyai perbedaan yaitu: Orthogenesis menitikberatkan
perkembangan makhluk hidup pada garis lurus artinya terjadi perkembangan yang
semakin besar, semakin bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah ada.
Nomogenesis menyatakan bahwa perkembangan hanya berlangsung sesuai
dengan aturan tertentu.Untuk setiap makhluk ada aturan tertentu yang mengikat.Aristogenesis
menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi adalah perubahan menuju ke yang
lebih baik.
Beberapa
tokoh dan peristiwa yang mendukung dan dipandang dapat melahirkan teori evolusi
antara lain Carolus Linnaeus (Swedia) yang disebut sebagai bapak Sistematik,
telah berhasil memberi nama 4.235 spesies hewan dan 5.250 spesies
tumbuhan menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup tersebut diciptakan dan tetap
(konstan), serta tergolong makhluk pertama yang benar-benar ada. Charles
Bonnet (ahli pengetahuan alam) percaya bahwa semua organisme, bahkan semua
benda tak hidup mengalami proses pembentukan melalui rantai/tangga yang panjang
dantak terputus, tak tersisipi. Rantai ini bermula dari mineral yang
selanjutnya berkembang menjadi bentuk yang semakin kompleks seperti tumbuhan,
invertebrata, ikan, burung, dsb.
Pada
zaman sebelum abad 18 yaitu 3 abad sebelum Masehi, di Yunani berkembang suatu
paham bahwa organisme membentuk suatu tangga yaitu tangga kehidupan atau tangga
alam. Pada tangga kehidupan ini yang berada di dasar adalah organisme yang
sederhana, selanjutnya organisme yang berada di atasnya adalah organisme yang
lebih sempurna.Tetapi dalam hal ini tidak disinggung hubungan antara organisme
yang berada pada masing-masing anak tangga, sehingga dapat dimengerti mengapa
teori evolusi tidak lahir melalui paham ini.Dikemudian hari beberapa pengikut
evolusi menerima pendapat tersebut dengan melihat pandangan yang semakin maju
dan semakin kompleks.Linnaeus, meskipun percaya adanya penciptaan tetapi tetap
beranggapan bahwa tangga kehidupan tersebut ada.
Cuvier
(Perancis) yang mempunyai pendapat yang sama dengan Linnaeus tentang
penciptaan, mengemukakan bahwa pada dasarnya evolusi itu tidak pernah terjadi.
Cuvier berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini berasal dari
proses penciptaan, spesies itu tetap dan tidak pernah berubah.
Menurut
Cuvier jika sekarang ini dijumpai beragam fosil pada lapisan tanah yang berbeda
maka hal itu disebabkan terjadinya bencana alam.Bencana alam inilah yang
melahirkan teori Catastrophisme.Melalui teori ini Cuvier mengemukakan
bahwa di bumi ini terjadi beberapa kali bencana alam yang besar.Akibat bencana
ini dijumpai makhluk-makhluk yang mati dan memfosil.Fosil yang berbeda yang
terletak pada strata yang berbeda adalah hasil dari suatu ciptaan baru.Lebih
jauh tentang fosil yang terletak pada setiap strata oleh William Smith
dikemukakan bahwa tiap strata mempunyai tipe fosil yang khas dan semakin ke
bawah fosil yang dikandung semakin jauh berbeda dengan makhluk yang ada
sekarang ini.
Berbeda
dengan yang dikemukakan Cuvier, Charles Lyell dalam bukunya “Principle of
Geology” mengemukakan bahwa terjadinya strata lapisan bumi yang mengandung
fosil tidak karena terjadinya bencana alam, tetapi berlangsung sedikit demi
sedikit seperti yang kita alami seperti sekarang ini. Teori ini disebutUniformitarianisme,
yaitu teori yang menyatakan bahwa bentuk dan struktur bumi disebabkan oleh
kekuatan angin, air, dan panas yang bekerja.Kekuatan ini mempengaruhi bentuk
dan struktur bumi di masa lalu. Pendapat ini dikemudian hari memberikan
sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori evolusi.
Erasmus
Darwin pada tahun 1731 – 1802 menyatakan dalam bukunya “Zoonomia”
bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan tersebut pula yang
kemudian mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan gagasannya pada tahun
1859.Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat
dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie
Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-transformasi.Ahli lain yang
sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de Buffon yang menyatakan bahwa
proses evolusi itu berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
Teori
ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada satupun makluk hidup yang
identik.Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh Lamarck yaitu: Pertama,
spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini yang sangat
berbeda dengan teori Darwin.Lamarck berpendapat bahwa dalam suatu periode
tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu kebiasaan atau
latihan.Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat diturunkan.Gambar
1.2 menunjukkan perbedaan teori Lamarck dan teori Darwin.
Berpegang
pada konsep yang mengatakan bahwa organ-organ baru muncul sebagai respons atas
tuntutan lingkungan. Lamarck mengajukan postulat sebagai berikut: Ukuran organ
sebanding dengan penggunaannya. Hal ini berarti bahwa tiap perubahan yang
terjadi karena digunakan atau tidak digunakannya organ tersebut akan diwariskan
kepada generasi keturunannya. Peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang akan
berakibat terjadinya pembaharuan bentuk dan fungsi. Contoh yang dipakai Lamarck
untuk menjelaskan teorinya adalah leher Jerapah.
Ia
berpendapat bahwa leher jerapah menjadi panjang akibat dari usaha atau kerja
kerasnya ‘striving’ untuk mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak
pada dahan yang tinggi. Leher yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam
hal ini Lamarck telah memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan
hukum Use and Disuse yang artinya organ yang digunakan cenderung akan
berkembang sedangkan yang tidak digunakan cenderung akan menyusut. Teori
Lamarck, oleh para ahli sejarah disebut: adaptasi-transformasi. Teori
Lamarck dikenal dengan paham “use and disuse” dari buku ‘Philosophie
Zoologique’, diterbitkan pada tahun 1809.Kelebihan teori Lamarck
1)
Mengemukakan ide dasar bahwa ada hubungan evolusi dengan lingkungan.
2)
Merupakan orang pertama yang mengemukakan teori evolusi organik.
3)
Orang pertama yang mengarahkan perhatian manusia tentang hubungan genotipe
dengan lingkungan.
Kelemahan teori Lamarck, tidak dapat
menemukan bukti empiris yang mendukung hukum ‘use and disuse’.
Pendapat
Weismann ini adalah menentang pendapat Lamarck, Weismann menyatakan bahwa
perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan. Untuk
membuktikan pendapatnya tersebut, Weismann melakukan percobaan sebagai berikut:
mengawinkan 2 ekor tikus yang masing-masing dipotong ekornya. Ternyata
anak-anaknya tetap berekor. Anak-anak tikus itu setelah dewasa dipotong ekornya
dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-anaknya tetap berekor. Percobaan
tersebut dilaksanakan 21 kali, ternyata hasilnya tetap (Amin, 2009)
Dari
percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan
seperti berikut: 1) Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak
diwariskan kepada generasi berikutnya; dan 2) Evolusi merupakan masalah
genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor
genetika.
v Teori Evolusi Darwin
Charles
Darwin (1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert Darwin adalah ahli
zoologi yang berasal dari negara Inggris. Charles Darwin disebut sebagai
bapak evolusi karena memiliki data yang lebih lengkap untuk menguatkan teori
evolusi. Dalam bukunya On the Origin of Species by Means of Natural
Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life.
Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak punah
perlu adanya perjuangan untuk hidup. Buku ini diterbitkan pada tahun 1859.
Menurut Darwin, asal-usul kehidupan
dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi pada lingkungan”. Gagasannya
menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitatnya, akan
menurunkan sifat-sifat mereka pada keturunannya. Sifat-sifat yang menguntungkan
ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang
sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya.Asal mula spesies telah
dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru)
terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu
kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari
bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
Bukunya
yang lain ia merumuskan pandangan bahwa semua jenis binatang berasal dari satu
sel purba. Sel-sel purba ini menurut Darwin diciptakan oleh Tuhan. Tahun 1871,
terbit buku kedua Darwin, “The Descent of Man (Asal Usul Manusia)”.
Dalam buku ini, ia mengatakan: binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan
proses struggle of life, sedikit demi sedikit berubah, dan dalam
jenisnya yang paling sempurna.
Teori evolusi Darwin merupakan teori
yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan sekitarnya
maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858
Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to
Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural
Mean of Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan
pendapat Charles Darwin dan Alfred Wallace.
Darwin
dianggap sebagai pencetus teori evolusi, maka ia dinobatkan sebagai bapak
evolusi. Darwin tidak mengenyam pendidikan formal dibidang biologi, tetapi
mempunyai minat yang tinggi untuk mengetahui hal lain dari makhluk hidup.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan
mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle
(1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang berikutnya(1837 –
1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling krusial
dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam
ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung
(burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos.
Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch
dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan Galapagos.
Awalnya,
Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan
Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki
spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami
perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima
ide yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah.
Tahap
berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies
berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme
berjuang untuk tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan
mengapa spesies berubah, tetapi juga mengapa mereka (burung finch)
terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup (struggle for
existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang
dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan
ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis meningkatkan
frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara kenyataan lain
menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu berubah-ubah
dari waktu ke waktu.
Gagasan
evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa
pendahulunya, antara lain (1) Erasmus, kakek Charles Darwin, (2) Thomas Robert
Malthus, ahli ekonomi, (3) Charles Lyell, yang ahli geologi, (4) Jean Baptista
Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”,
menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama, dan bahwa
respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya. Thomas Robert Malthus
dalam bukunya Essay on the Principle Population bahwa tidak ada
keseimbangan antara pertambahan penduduk dan jumlah bahan makanan, artinya
adanya perjuangan untuk hidup dimana kenaikan produksi bahan makanan menurut
deret hitung sedangkan kenaikan jumlah penduduk menurut deret ukur.
Thomas
Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan kata,
“perjuangan untuk hidup”.Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang
adanya variasi karena pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology”
C. Lyell mengemukakan bahwa perubahan terus menerus pada bumi, masih terus
berlangsung hingga kini. Walaupun
gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan
Lamarck tentang diwariskannya sifat yang didapat (acquired character).
Terjemahan Darwin tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck
adalah mengenai sejarah panjang leher jerapah.
Teori
evolusi yang diajukan Darwin pada prinsipnya menyatakan bahwa perkembangan
makhluk hidup dipengaruhi oleh seleksi alam serta terjadinya variasi
antarpopulasi. Darwin juga menggunakan contoh jerapah untuk menerangkan
teorinya, yang sekaligus membuktikan kelemahan teori Lamarck. Menurut Darwin,
pada dasarnya telah ada variasi panjang leher pada populasi jerapah. Jerapah
berleher pendek kalah akibat kompetisi dengan jerapah berleher panjang,
sehingga tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Pada akhirnya hanya tinggal
populasi jerapah berleher panjang yang bertahan di lingkungannya (hukum survival
of fittest).
v Teori Seleksi Alam Darwin
Darwin
telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang
kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta
tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di
lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan
wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu
adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi
alam.Ada enam fakta atau prinsip yang menjadi dasar teori seleksi alam Darwin
yakni:
1)
Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh
karena tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan
atas perkembangbiakan suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia
tidak akan mampu menampungnya. Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah
demikian, dan itulah merupakan fakta yang kedua.
2)
Jumlah individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
Sekalipun
tingkat kesuburan tinggi namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak
tanpa terkendali. Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur
pertambahan jumlah individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor
pembatas dan yang mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan
individu-individu yang berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun
banyak individu turunan yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara
keseluruhan faktor-faktor pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
3)
Perjuangan untuk hidup
Supaya
dapat tetap hidup setiap makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif
maupun pasif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan,
baik antar individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan,
termasuk juga parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang
tidak hidup seperti iklim, dsb.
4)
Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk
hidup baik tumbuhan maupun hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut
antara lain berkenaan dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas.
Keanekaragaman terlihat mulai dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas
sampai dengan atar individu se spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak
sedikit ciri yang menyebankan keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi
keturunannya, artinya dari generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman
bahkan karena berbagai sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas.
Adanya
keanekaragaman itulah yang menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk
hidup” tidak sama antar satu individu dengan individu lainnya. Dalam hal
ini ada individu yang tidak mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu
pula alasannya sehingga banyak individu yang mati lebih awal dan pada akhirnya
individu pada generasi turunan tidak terlalu melonjak jumlahnya sekalipun
individu turunan yang dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
5)
Seleksi alam
Kenyataan
terdapatnya keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar
individu disebabkan ada individu yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri
yang lebih sesuai dari yang lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang
lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih berhasil
inilah yang mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan dan
sekaligus mewariskan ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu
yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi.
6)
Lingkungan yang terus berubah
Dalam
situasi lingkungan yang terus mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus
menerus mengadakan penyesuaian melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada
hentinya.Artinya peristiwa seleksi alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai
akibatnya pada generasi tertentu akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri
yang semakin adaptif serta spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
v Pokok-pokok pikiran teori evolusi
Darwin
Berdasarkan
pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori pokok tentang
evolusi, yaitu: 1) Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies
yang hidup pada masa lampau; 2) Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam.
Hanya individu-individu yang dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan
yang mampu hidup terus, sedangkan yang lainnya akan punah.
Konsep
perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari
adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19.Apa yang ditemukan
tersebut berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya
meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke
lapisan berikutnya. Terlihat adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak
sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan
kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam.
Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para
ahli dapat memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang
diharapkan dapat ditemukan.
Darwin
merumuskan teori evolusi sebagai teori seleksi alam, yang kemudian secara utuh
dan lengkap dituangkan dalam bukunya yang berjudul “On The Origin of Species
by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured races”.
Makna utama dari wawasan Darwin dalam teori ini adalah bahwa evolusi biologis
terjadi karena peristiwa seleksi alam. Darwin mengartikan seleksi alam
sebagai suatu perjuangan atau perkelahian langsung antar individu sejenis atau
antar spesies.
v Pokok pikiran Darwin tentang Evolusi
Manusia
Selama
ini toeri evolusi yang sering identik dengan teori evolusi Darwin adalah
evolusi manusia yang berkembang dari kera. Didalam bukunya Darwin menggambarkan
bagaimana perkembangan manusia modern ini berasal dari manusia sebelumnya.
Manusia sebelumnya yang digambarkan oleh Darwin memiliki ciri-ciri yang hampir
mirip dengan kera. Dengan begitu banyak ilmuwan yang membantah gambaran evolusi
manusia oleh Darwin. Padahal Darwin tidak pernah mengatakan bahwa manusia
berasal dari kera. Manusia dan kera mempunyai jalur evolusi yang berbeda.
Dasar
proses evolusi menurut Darwin adalah adanya seleksi alam mengakibatkan
perubahan yang bersifat menurun. Tetapi seleksi alam bukan berarti spesies yang
dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam cenderung untuk berubah dan
bertambah. Selanjutnya dengan perkembangan ilmu dan tehnologi dapat menjelaskan
mengapa Darwin membuat gambaran tentang evolusi manusia.
v Teori evolusi setelah Darwin
Masa
ini sering dikatakan sebagai neo-Darwinisme. Para ahli menemukan bahwa
ilmu genetika sangat perlu untuk menjelaskan proses evolusi. Selain itu semua
sifat yang dimiliki oleh suatu organisme dapat digunakan untuk menunjang teori
evolusi. Pelopor penelitian dalam bidang genetika, yakni J. G. Mendel
mengemukakan teori genetika yang menyangkut adanya sejumlah sifat yang dikode
oleh satu macam gen. Teori genetika dapat menjelaskan darimana keanekaragaman
pada makhluk hidup.
Dengan
berbagai perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian
teori evolusi Darwin diperkaya. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi
alam (neo-Darwinian) terjadi kareana adanya :
a)
Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b)
Perubahan da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c)
Produksi varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan (DNA//RNA).
d)
Kompetisi antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber
daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e)
Generasi berikutnya mewarisi”kombinasi gen yang sukses” dari individu fertil
(dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Setelaha neo-Darwinisme diikuti masa
evolusi modern.Teori evolusi modern berpandangan bahwa sifat-sifat benda hidup
berubah dengan bertambahnya waktu dan perubahan ini diarahkan oleh seleksi
alam. Perubahan pada individu sepanjang hidupnya menyangkut suatu populasi
dalam beberapa generasi. Suatu individu tidak dapat dikatakan mengalami
evolusi, tetapi populasilah yang mengalami hal tersebut.
Perubahan
yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi
pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa. Di dalam populasi baik komposisi
maupun ekspresi dari potensi pertumbuhan dapat mengalami pertumbuhan. Perubahan
komposisi genetis inilah yang disebut evolusi. Di alam terdapat dua faktor yang
bekerja secara harmonis yaitu factor penyebab keanekaragaman dan faktor yang
bekerja untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis.
Pada
masa ini, para ahli tidak hanya bekerja dengan data morfologi, anatomi, dan
penurunan genetika dalam mempelajari evolusi, tetapi, para ahli pada masa ini
menggunakan pendekatan molekuler, dan fisiologis. Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa suatu organisme berkerabat dekat atau jauh terhadap organisme
lainnya dari perbedaan dalam semua aspek yang mungkin dipelajari.
D. Pengertian Evolusionis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia evolusi berarti
perkembangan atau pertumbuhan yang berangsur-angsur. Namun dalam artian
epistimologi, evolusi berarti perubahan secara perlahan namun pasti menuju
kesuatu titik.
Pada bidang Sosiologi, kita kenal
Teori Evolusi Sosial yang dipopulerkan oleh Sir Herbert Spencer (1820-1903),
yang menyatakan bahwa masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana, tidak
teratur menjadi bentuk yang koheren dan teratur. Sementara itu, pada kajian
Hubungan International, dikenal juga teori International Darwinism dengan
konsep negara yang paling kuatlah yang akan menang dalam setiap kancah
persaingan internasional.
Evolusi Sosial digambarkan
sebagai serangkaian perubahan sosial pada masyarakat yang berlangsung lama
dan berawal dari kelompok suku dan/atau masyarakat sederhana dan homogen
kemudian secara bertahap menjadi masyarakat yang lebih maju dan akhirnya
menjadi masyarakat modern yang heterogen, kompleks dan diferensiasi fungsi.
Dalam menjalani tahapan-tahapan perubahan tersebut setiap kelompok masyarakat
mempunyai metode/cara yang tidak sama karena menyesuaikan dengan unsur budaya
lokal. Adalah pemikiran Auguste Comte sebelum Herbert Spencer, yang menitikberatkan
bahwa masyarakat adalah pemimpin yang memiliki kedudukan dominan terhadap
individu manusia pribadi.
Pandangan
Herbert Spencer dalam evolusi sosial terkenal dengan sebutan Darwinisme Sosial atau Social Darwinism meskipun
Teori Evolusi Darwin hanyalah memberikan inspirasi bagi teori evolusi sosial
dan sama sekali bukan buah pemikiran Darwin. Hanya karena Herbert Spencer
melihat ada kesamaan dalam teori evolusi darwin maka kadang manusia disebutnya
sebagai organisme. Dalam
ilmu Psikologi hal ini lebih dikenal dengan teori Coping Behaviour.
Darwinisme Sosial menggambarkan
bahwa perubahan dalam masyarakat berlangsung secara evolusioner (lama) yang
dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak dapat diubah oleh perilaku manusia.
Individu menjadi poros utama perubahan. Meski masyarakat dapat dianalisis
secara struktural, namun individu pribadi adalah dasar dari struktur sosial,
karena Spencer memandang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai hakikat
manusia secara inkorporatif. Struktur sosial dibangun untuk memenuhi keperluan
anggotanya. Teori Spencer mengedepankan perjuangan hidup dan karenanya sangat
cocok dengan perkembangan kapitalisme, liberalisme dan individualisme. Hal ini
dituangkan dalam buku Principles of
Sociology, 1855.
v Macam-macam teori evolusionis.
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang
memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam
teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori,
yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution,
dan multilined theories of evolution.
a. Unilinear
Theories of Evolution
Teori ini
berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami
perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana
ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain
Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal
Theories of Evolution
Teori ini
menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi
tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang
heterogen.
c. Multilined
Theories of Evolution
Teori ini
lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu
dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan
sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan
menggunakan pemupukan dan pengairan.
v Pandangan Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Tentang
Teori Evolusi.
Menurut Paul
B. Horton dan Chester L. Hunt,
ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam
masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak
sepenuhnya tegas, karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui
tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain
melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru
berjalan mundur, tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.
c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial
akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan
dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang,
karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti
bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir.
Teori
evolusi dalam ilmu sosial pada dasarnya digolongkan kedalam Teori Perubahan
sosial,sehingga Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono Soekanto (1982,315),
perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan yang memerlukan waktu
yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan- perubahan kecil yang
saling mengikuti dengan lambat. Pada evalusi, perubahan- perubahan terjadi
dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu.
Perubahan- perubahan terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk
menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan
kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Rentetan perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan
peristiwa –peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan
penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri perubahan evolusi adalah:
1. Perubahan terjadi dengan
sendirinya (perubahan alami)
2. Perubahan membutuhkan rentan waktu yang lama
3. Perubahan terjadi karena usaha manusia untuk
mendapatkan kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar kehidupan
manusia (kondisi-kondisi baru).
4. Penggerak perubahan bukan
tergantung institusi/struktur sosial namun kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
Perubahan
sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat tradisional, yaitu masyarakat
yang memiliki struktur sosial tertutup (tidak memiliki akses informasi dari
lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan yang terkait dengan immaterial
tidak dapat dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali yang memiliki
strata sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat digolongkan
pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan keterampilan seperti di
masyarakat modern (open society). Oleh karena itu masyarakat sulit merubah
status sosial yang dimiliki.
Teori perubahan sosial evolusi
seperti yang dijelaskan di atas menenuai banyak kritikan dan pertanyaan.
Misalnya Soerjono Soekanto dalam buku pengantar sosiologi (buku rujukan
sosiologi sekolah dasar hingga perguruan
tinggi) mempertanyakan seperti berikut ini “apakah suatu masyarakat berkembang
melalui tahap- tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk memastikan
bahwa tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap terakhir dan sebaliknya
telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial
yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau bahkan
sebaliknya?”. Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto mengatakan “para sosilog
telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inti dari evolusi bukanlah sebuah ilmu yang bisa
dijadikan tolak ukur dalam mencari kebenaran tentang alam raya maupun manusia
yang berada didalamnya. Maka untuk alasan apapun evolusi tidak dapat dijadikan
satu-satunya tolak ukur dalam memandang manusia dan alam semesta. Evolusi hanya
bersifat hipotesis dan kebenarnnya terbatas pada dunia empiris. Implikasi etis
yang seharusnya ialah evolusi mampu untuk menghantarkan manusia pada peradaban
baru yang lebih maju dan mensejarah, Karena manusia pada dasarnya adalah mahluk
sosial yang selalu hidup bersama dan terus menerus berubah. Mahluk yang bebas
untuk menentukan dirinya serta terikat oleh nilai-nilai Norma sosial.
Sehingga dapat kamisimpulkan bahwa dalam teori
evolusionis lebih menitik beratkan pada bagaiman perubahan-perubahan dalam
masyarakat memiliki mekanisme tertentu sehingga dalam proses perubahanya akan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
B.
Saran
Makalah
kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran dari para
pembaca sekalian sangat kami harapkan demi tercapianya kesempurnaan dari
makalah kami ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Cetakan XIV. 1995.
Ritzer Georger. Teori sosiologi.
Bantul. Kreasi Wacana. Cetakan ke VI. 2011.
0 komentar:
Posting Komentar