BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial. Oleh karena itu,
manusia perlu berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan
informasi yang sangat berguna. Komunikasi sendiri berasal dari kata communis
yang berarti kesamaan dalam suatu hal. Secara umum, komunikasi dapat diartikan
sebagai suatu upaya menyampaikan informasi dari sumber kepada penerima baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan suatu media. “Tidak
semua komunikasi berlangsung dengan kata, ada berbagai symbol bunyi dan grafis
yang digunakan untuk berkomunikasi” (Kincaid dalam Lubis at al. 2010:6).
Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang
dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut
Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi
dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu,
komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan
psikologi.
Komunikasi sangat erat kaitannya dengan komunikasi
antarpribadi / komunikasi intrapersonal. Karena komunikasi interpersonal
merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Sederhananya, komunikasi
merupakan proses penyampaian informasi yang diterima oleh alat-alat indera, ke
bagian otak. Informasi itu bisa berasal dari lingkungan, organisme lainnya,
atau dari diri sendiri.
Penulisan makalah ini dilatar belakangi karna
kita perlunya memahami pemahaman tentang konsep diri dan kedudukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep diri adalah Manusia adalah makhluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Konsep
diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya.
Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu.
B.
Rumusan Masalah
Dari beberapa masalah yang di bahas kami dapat meumuskan
sebagai berikut:
a.
“Bagaimana individu menggunakan konsepsi psikologi komunikasi
dalam hubungan interpersonal?”
b.
Apa
pengertian kebutuhan konsep psikosial dan konsep diri?
c.
Bagaimana
rentang respon konsep diri positif dan negatif?
d.
Apa
saja komponen konsep diri?
e.
Apa
Pengembangan konsep diri?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian
kebutuhan konsep psikosial dan konsep diri.
2. Bagaimana rentang respon
konsep diri positif dan negatif.
3. Apa saja komponen konsep
diri.
4. Bagaimana pengembangan
konsep diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian komunikasi Intrapersonal
Pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling
efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena
sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi
dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif
atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6
tujuan, antara lain :
a.
Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi
interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam
pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang
diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b.
Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi
interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan
orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui
datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang
datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan
akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c.
Membentuk Dan
Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu
keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi
interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan
orang lain.
d.
Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita
pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan
interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.
Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
e.
Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas
yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman
mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga,
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan
pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi
interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f.
Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan,
ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam
kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga
berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari.
Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan
mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
B.
Pengertian
Konsep Diri
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan
menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha
untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk
social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal positif Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya
“saya kuat dalam matematika”.
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran
yang kompleks dari perasaan, sikap & persefsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk
konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak
hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang mempunyai masa
kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut
secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu
dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan
erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik
akan dapat meningkatkan konsep diri.] Termasuk
persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari
dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang
dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman
berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi
oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga
dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi
individu / lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu menyadari
potensi dirinya. Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi
sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptive.
v RENTANG RESPON KONSEP DIRI
- Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
- Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
- Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain
- Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
- Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Konsep diri merupakan faktor penting didalam
berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku
sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu
menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu
mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang
dapat diterima oleh lingkungan.
Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk
menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat
saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang
lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki
serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu
sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep
diri negatif.
Menurut
Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1. Konsef
diri positif
- Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
- Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
- Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
- Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
2. Konsep
diri negatif
- Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
- Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
- Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
- Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.
- Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri,
antara lain:
a. Usia
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial (Syaiful, 2008).
b. Inteligensi
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008).
a. Usia
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial (Syaiful, 2008).
b. Inteligensi
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008).
c. Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
d. Status Sosial Ekonomi
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah.
Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21).
e. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
f. Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101) menjelaskan bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.
g.
Kelompok Rujukan (Reference Group)
Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105), ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
Sebaliknya, orang yang memilikii konsep diri positif ditandai dengan lima hal:
1) Kemampuan mengatasi masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain.
3) Menerima pujian tanpa rasa malu.
4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105), ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
Sebaliknya, orang yang memilikii konsep diri positif ditandai dengan lima hal:
1) Kemampuan mengatasi masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain.
3) Menerima pujian tanpa rasa malu.
4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Dalam
konsep diri terdapat beberapa unsur antara lain:
1.
Penilaian diri merupakan pandangan
diri kita terhadap:
·
Pengendalian
keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita mengetahui dan
mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita.
·
Suasana
hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini
akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.
·
Bayangan
subyektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan kita
miliki kalau kita merasa puas (menerima) keadaan fisik kita. Sebaliknya, kalau
kita merasa tidak puas dan menilai buruk keadaan fisik kita maka konsep diri
kita juga negatif atau kita jadi memiliki perasaan rendah diri.
2. Penilaian sosial merupakan evaluasi
terhadap bagaimana kita menerima penilaian lingkungan sosial pada diri kita.
Penilaian sosial terhadap diri kita yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan
konsep diri dan kepercayaan diri kita. Adapun pandangan lingkungan pada kita
seperti si gendut, si bodoh atau si nakal akan menyebabkan kita memiliki konsep
diri yang buruk terhadap diri kita.
3. Konsep lain yang terdapat dalam
pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu
merupakan gambaran:
a. Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai
keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau
peran lingkungan sosial kita.
b. Saya ingin jadi apa, kita memiliki
harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak
realistis. Bayang-bayang kita mengenai ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari
sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh ideal yang yang menjadi idola, baik itu ada
di lingkungan kita atau tokoh fantasi kita.
c. Bagaimana orang lain memandang saya,
pertanyaan ini menunjukkan pada perasaan keberartian diri kita bagi lingkungan
sosial maupun bagi diri kita sendiri.
Rakhmat
dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2004:100) memaparkan beberapa faktor
yang mempengaruhi konsep diri , antara lain:
1. Orang lain.
Sebagai
mana dibahasakan diatas bahwa orang lain mempunyai pengaruh terhadap individu
dalam menyimpulkan konsep dirinya.
2. Kelompok rujukan
Dalam bermasyarakat kita pasti
menjadi anggota berbagai kelompok masyarakat.
Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan
perilakunya dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya. ketika kita
menjadi anggota kelompok persatuan bulu tangkis, ikatan mahasiswa Universitas
Trunojoyo madura, dan lain-lain.
Pengaruh Konsep diri pada Komunikasi
Interpersonal, antara lain:
A. Nubuat yang dipenuhi sendiri
Yaitu
kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep sendiri. Setiap orang
bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang
mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha
menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi
kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
Brooks dalam Rakhmat (2004:105),
mengindentifikasi konsep diri manusia menjadi positif dan negatif.
Adapun ciri orang yang memiliki
konsep diri negatif :
1. Peka pada kritik
2. sangat responsif terhadap pujian
3. Sikap hiperkritis, Sikap
berlebihan dalam melakukan penilaian terhadap orang lain. ia selalu mencela,
mengeluh, meremehkan, dan tak pandai dan tak sanggup mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan terhadap kelebihan orang lain.
4. merasa tidak disenangi orang
lain, merasa tidak diperhatikan, hingga ia bereaksi pada orang lain sebagai
musuh, sehingga tak dapat merasakan kehangatan persahabatan.
5. Pesimis untuk bersaing dalam
sebuah kompetisi.
Sebaliknya orang yang memiliki
konsep diri positif ditandai dengan lima hal:
·
Yakin
pada kemampuannya mengatasi masalah
·
Merasa
setara dengan orang lain
·
Ia
menerima pujian tanpa rasa malu
·
Ia
sadar, bahwa setiap orang mempunyai berbagai macam perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
·
Ia
mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
B.
Membuka
diri.
Pengetahuan
tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri
sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
Hubungan antara konsep diri dan
membuka diri dapat dijelaskan dengan model Johari Window
Model
ini menerangkan bahwa jendela yang satu tidak terpisah dengan jendela yang
lain. pembesaran pada satu jenis jendela akan membuat jendela yang lain akan
mengecil.
a. Open self, menyajikan
informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan motif, dan ide-ide yang
diketahui/disadari oleh diri kita dan orang lain.
b. Blind self, bagian ini
menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui/disadari orang lain namun
tidak diketahui/disadari oleh diri kita sendiri.
c. Hidden self, bagian ini
berisikan tentang data-data yang kita ketahui/sadari dari dalam diri kita
sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. yang kita simpan untuk diri kita
sendiri.
d. Unknown self, bagian ini
merupakan aspek dari diri yang tidak kita ketahui ataupun orang lain
mengetahuinya.Makin luasnya open self seseorang, makin terbuka pula ia
pada orang lain. hal tersebut menjadikan hubungan di antara keduanya semakin
erat.
C.
Percaya
diri (self confident).
Ketakutan untuk melakukan komunikasi
dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam
komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
D. Selektivitas.
Konsep
diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi
kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita
mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan
selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan
(penyandian selektif).
Konsep diri menyebabkan:
1.Terpaan selektif
2.Persepsi selektif
3.Ingatan selektif
Salah
satu penentu keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self
concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia
sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup
lainnya.Paraahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi
konsep diri sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri seseorang
dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut.
Manusia
sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang, pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Seseorang
kerap pesimis merasa ia tidak mempunyai kemampuan padahal segala keberhasilan
banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang
dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit
untuk diselesaikan.
Sebaliknya
pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk
diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan
lingkungannya.
Ada tiga alasan pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku seperti
yang diungkapkan Clara R Pudjijogyanti (1995: 5):
- Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keseluruhan batin. Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menyeimbangkan dan menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilakunya.
- Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya dikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.
- Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang.
v ATRAKSI INTERPERSONAL
Atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain maka semakin besar
kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Faktor-faktor penyebab timbulnya Atraksi Interpersonal,
antara lain:
- Faktor personal
Faktor personal sangat menentukan
timbulnya atraksi sesorang dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal
yang mempengaruhi atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:
1. Kesamaan karakteristik personal
1. Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan
karakteristik personal ditandai dengan kesamaan dalam nilai-nilai, sikap,
keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain.
Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama
lain.
2.
Tekanan emosional (stres)
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain semakin besar.
3. Harga diri yang rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyuaki orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.
4. Isolasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu, namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain semakin besar.
3. Harga diri yang rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyuaki orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.
4. Isolasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu, namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.
Faktor-faktor situasional. Adapun factor-faktor situasional
yang dapat memicu timbulnya atraksi interpersonal, antara lain:
1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
2. Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
3. Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai produk tersebut.
4. Kedekatan (proximity) atau closeness.
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut. Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat tinggal dengannya.
5. Kemampuan (competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.
1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
2. Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
3. Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai produk tersebut.
4. Kedekatan (proximity) atau closeness.
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut. Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat tinggal dengannya.
5. Kemampuan (competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep diri secara fisiologis, emosional, dan sosial dibentuk berdasarkan reaksi orang lain
terhadap klien dan kemudian oleh interpretasi individu tentang reaksi ini pada diri sendiri.
Konsep diri dipengaruhi oleh peran
kesehatan, pengalaman keluarga, sosial dan okupasi, serta aktivitas intelektual
dan kesenangan.
Komponen konsep diri adalah
identitas, citra tubuh, harga diri, dan peran.
Setiap tahap perkembangan melibatkan
faktor yang penting untuk perkembangan kesehatan dan konsep diri positif.
Identitas adalah rasa konsisten diri
sebagai individu yang berbeda dari orang lain.
Identitas terutama rentan selama
masa remaja.
Stresor identitas selama masa remaja
mencakup harapan tentang orang lain untuk persiapan karir dan kemandirian,
untuk mengatasi seksualitas seseorang, dan membuat pilihan tentang hubungan dan
peran, stresor ini dapat menimbulkan kebingungan identitas.
B. SARAN-SARAN
Setelah kami
menyimpulkan apa yang telah di jabarkan. Maka jika sekiranya ada kesalahan
ataupun kekeliruan dari makalah ini, baik dalam penyusunan maupun penulisan,
kritik dan saran pemabaca sangat kami harapkan demi kelangsungan penulisan kami
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hemoroid,
Askep. Askep Psikososial Pada Pasien
Dengan Gangguan Konsep Diri, Rabu, 03 Februari 2010, http://ramlankaper.blogspot.com
Online, Kapuk. Kamis-Juli-2010, Askep Klien Dengan
Gangguan Konsep Diri http://kapukpkusolo.blogspot.com
Stuart, Gail W. 2002, Buku Saku Keperawatn Jiwa Edisi 5.
Jakarta : EGC
Stuart, Gail W dan Sandra J., Sundeen. 2002Buu Saku
Keperawatan Jiwa Edis, Jakarta : EGC
Susilawati
dkk. 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar