BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan
tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan
adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus
1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh
lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada
tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan
pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen
tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
Sebuah
paragraf (dari Bahasa Yunani paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis
di samping”) adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal
paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama
dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa
hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow.Sebuah paragraf biasanya terdiri
dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung.
Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik
sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal
dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf
umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam
pernyataan berparagraf tunggal.
B.
rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas diharapkan kita
akan mengetahui tentang :
a. Macam – macam tanda baca , fungsi
tanda baca dan lainya
b. Apa yang dimaksud dengan paragraph
c. Bagaimana struktur dan pembagian
paragraf
d. Menjelaskan syarat – syarat
paragraph yang baik dan macam – macam paragraph.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pemakaian
Tanda Baca
Dalam
hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul.
Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita lalai dan melakukan
kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau karya ilmiah
kita menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada kesalahan dalam
penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu, sebenarnya para penulis karya ilmiah
mampu untuk membuat tulaisanya, akan tetapi mereka sering lalai dan ceroboh
dalam penggunaan tanda baca. Karena apa, tanda baca selalu di anggap sepele
dalam penggunaanya sehingga kadang menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan
berbeda arti. Suatu contoh kita ambil kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam
konteks kalimat ini jika tidak kita beri pemisah tanda baca maka akan
menjadikanya sulit untuk dipahamai. Dari kalimat “kucing makan tikus mati”
siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?, akan tetapi apabila kita ganti
konteks kalimat ini dengan pemberian tanda baca seperti ini ”kucing makan,
tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?, kemudian apabila
kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan tikus, mati”, siapakah yang mati
dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus mati adalah salah satu contoh
kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah menggunakan tanda bacanya. Oleh
karena itu, pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat sangat perlu untuk
diperhatikan.
B.
Macam-macam
tanda baca
Tanda
tanda baca yang dipakai dalam penuisan yaitu:
1)
Tanda titik(.)
2)
Tanda koma(,)
3)
Tanda titik koma(;)
4)
Tanda titik dua (:)
5)
Tanda hubung(-)
6)
Tanda pisah (_)
7)
Tanda elipis(…)
8)
Tanda Tanya(?)
9)
Tanda seru(!)
10) Tanda kurung((…))
11) Tanda kurung siku([…])
12) Tanda petik ganda(“…”)
13) Tanda petik tunggal(‘…’)
14) Tanda garis miring(/)
15) Tanda penyingkat(‘)
v Fungsi tanda baca
Dari
macam-macam tanda baca yang telah disebutkan tadi, masing masing tanda baca
memiliki fungsi dan kegunaanya masing-masing.
v Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
-
Ayahku tinggal di Solo.
-
Biarlah mereka duduk di sana.
-
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya:
a.
III. Departemen Dalam Negeri
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20
detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai Poestaka.
6.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
8.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
9.
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
v Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan
perangko.
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
6.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
7.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari
kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
8.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
9.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
12. Tanda koma dipakai di muka
angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
13. Tanda koma dapat
dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh-sungguh.
14. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
v Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur;
Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
v Tanda Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
2.
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
3.
Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
4.
Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
v Tanda Hubung (-)
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah
oleh pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan
tersebut.
2.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan,
mondar-mandir, sayur-mayur
3.
Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
4.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau
sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka
dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X,
peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
v Tanda Tanya
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2.
Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
v Tanda Seru (!)
1.
Tanda seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
2.
Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
v Tanda Kurung ((...))
1.
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar
Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan
per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga
kerja, dan (c) modal.
4.
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
v Tanda Kurung Siku ([...])
1.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
v Tanda Petik (“...”)
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan
remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
v Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu,
Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
v Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
v Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan =
akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
C.
STRUKTUR PARAGRAF
Paragraf terdiri
atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat
pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok
alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk
menjelaskan atau mendukung ide utama. Untuk
mendapatkan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Posisi Paragraf
Sebuah karangan dibangun oleh
beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang mengandung kebulatan ide dibangun
oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun oleh beberapa paragraf. Jadi,
kedudukan paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur pembangun anak bab, atau
secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu sendiri. Dapat dikatakan
bahwa paragraf merupakan satuan terkecil karangan, sebab di bawah paragraf
tidak lagi satuan yang lebih kecil yang mampu mengungkapkan gagasan secura utuh
dan lengkap.
2. Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa
pendapat, antara lain :
1. Kamus
Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan
(biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru)
2. The
Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di
bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.
3. Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi
keindahan karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa
kegunaan, sebagai berikut:
1. Sebagai
penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragraph
2. Alat
untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3. Penanda
bahwa pikiran baru dimulai,
4. Alat
bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5. Dalam
rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi,
dan penutup.
4. Unsur-Unsur Paragraf
Ialah beberapa unsur yang pembangun
paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis.
Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam, yaitu :
(1) transisi,
(2) kalimat topik,
(3) kalimat pengem-bang, dan
(4) kalimat penegas.
Keempat unsur ini tampil secara
bersama-sama atau sebagian, oleh karena itu, suatu paragraf atau topik paragraf
mengandung dua unsur wajib (katimat topik dan kalimat pengembang),
tiga unsur, dan mungkin empat unsur.
5. Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan
urutan unsur yang pembangun paragraf, struktur paragraf dapat dikelompokkan
menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
1. Paragraf
terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
2. Paragraf
terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat penegas.
3. Parazraf
terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat peneges.
4. Paragraf
terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
5. Paragraf
terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang.
6. Paragraf
terdiri atas kalimat topik dan katimat pengembang.
7. Paragraf
terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik.
D. SYARAT-SYARAT PARAGRAF
1. Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua
kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau
suatu tema tertenru. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf itu
memuat satu hal saja.
2. Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah
kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan kalimat yang lain yang membentuk
suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi apabila hubungan timbal balik antar
kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Kepaduan
sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan beberapa hal, seperti pengulangan
kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan kesejajaran(paralelisme).
3. Kelengkapan
Ialah suatu paragraf yang berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat topik. Paragraf
yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan paragraf yang kurang lengkap.
Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan pengulangan-pengulangan
adalah paragraf yang tidak lengkap.
4. Panjang
Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai
tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa jauh/dalamnya suatu Bahasa dan
tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
Memperhitungkar, 4 hal :
Penyusunan
kalimat topik,
Penonjolan
kalimat topik dalam paragraf,
Pengembangan
detail-detail penjelas yang tepat, dan
Penggunaan
kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di dalam paragraf.
5. Pola
Sususnan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf
harus disusun menurut pola yang taat asas, pernyataan yang satu disusun oleh
pernyatanyang lain dengan wajar dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu
pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu kesatuan
gagasan yang bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan yang sering diterapkan
dalam tulisan ilmiah. antara lain :
(1) pola runtunan waktu,
(2) pola uraian sebab akibat,
(3) pola perbandingan dan
pertentangan,
(4) pola analogi,
(5) pola daftar, dan
(6) pola lain.
Ada tiga teknik pengembangan
paragraf :
1. Secara
alami
Pengembangan paragraf secara alami
berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan
membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan
waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan,
atau tindakan.
2. Klimaks
dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini
berdasarkan posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi yang tertinggi
atau paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu diletakkan pads bagian
akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali rangkaian dengan
posisi paling menonjol kemudian makin lama makin tidak menonjol disebut
antiklimaks.
3. Umum
Khusus dan Khusus Umum
Dalam bentuk Umum ke Khuss utama
diletakkan di awal paragraf, disebut paragraf deduktif. Dalam bentuk
khusus-umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf, disebut paragraf
induktif.
E.
MACAM-MACAM
PARAGRAF
1. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan
tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran
suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal
atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal
tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi
emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5. Narasi
Karangan ini berisi rangkaian
peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis
ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
v Macam-macam paragraf berdasarkan
tujuannya
1. Paragraf
pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki
sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah
yang akan diuraikan.
Contoh paragraf pembuka :
Pemuli baru saja usai. Sebagian
orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu
berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan
oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami
stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.
2. Paragraf
penghubung
Paragraf penghubung berisi inti
masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini
lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung
bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat
deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun
berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung
pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau
landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan
pendapat pengarang.
3. Paragraf
penutup
Paragraf penutup biasanya berisi
simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai
hal-hal yang dianggap penting.
Contoh paragraf penutup :
Demikian proposal yang kami buat.
Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta
bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
v Macam-macam paragraf berdasarkan
letak kalimat utama
1. Paragraf
deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum
yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh paragraf deduktif :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah
diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati
hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha
baru.
2. Paragraf
induktif
Paragraf induktif ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau
penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa
merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan
lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang
bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.
3. Paragraf
campuran
Paragraf campuran ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang
terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti
menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun
yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju
seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
v Macam-macam paragraf berdasarkan isi
1. Paragraf
deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan
kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat
dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal,
keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh paragraf deskripsi :
Dari balik tirai hujan sore hari,
pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar
penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah
yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan
meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang
dan penuh pesona.
2. Paragraf
proses
Paragraf proses ditandai dengan
tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam
kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses,
meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.
3. Paragraf
efektif
Paragraf efektif adalah paragraf
yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran
utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang,
harus ada koherensi antar kalimat.
F.
UNSUR-UNSUR
PARAGRAF
Dalam pembuatan suatu paragraf harus
memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi
dengan sebagaimana mestinya Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan
pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu
alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea
dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok
pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
Kalimat utama atau pikiran utama,
merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama
merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu
bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu:
Deduktif
: kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif
: kalimat utama diletakan di akhir anilea
Variatif
: kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
Deskriptif/naratif
: kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
Kalimat penjelas, merupakan kalimat
yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan
kalimat yang berisisi gagasan penjelas. Judul (kepala karangan), untuk membuat
suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu
:
1. Provokatif
(menarik)
2. Berbentuk
frase
3. Relevan
(sesuai dengan isi)
4. Logis
5. Spesifik
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun paragraf berfungsi untuk
memudahkan pembaca dalam mengikuti jalan pikiran penulis. Pada prinsipnya cara
membuat paragraf adalah dengan menyusun kerangka penulisan sampai
sedetil-detilnya agar memudahkan penjelasan dan menghindarkan dari penjelasan
yang berulang-ulang.
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
Dalam menggunakan tanda baca dan
menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di Penggunaan tanda baca perlu
diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
Masing masing tanda baca memiliki
aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat tetapkan
Penggunaan
ejaan yang disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis
ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan
mudah dipahami.
Dari
berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan
dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita
buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya
tulis kita.
B. Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti
halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah
ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan
kita dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar
yang tentu saja sesuai dengan EYD.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihastuti, dkk. 2006. Editor
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka.
1. Depdiknas.
2002. Kamus Besar Bahsa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta
: Depdiknasa.
2. Dini,
Dahlia dan Sitorus. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia.
Bandung : CV Yrama Widya.
3. Herman
J. Waluyo. 2001. Teori Drama dan Pengajaran. Yogyakarta :
Hanindita.
4. Waluyo,
Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : PT
Erlangga
5. Wiyanto,
Asul. 2001. Diskusi. Jakarta : PT Grasindo.
6. Wiyanto,
Asul. 2001. Terampil Pidato. Jakarta : PT Grasindo.
7. Wahyu
R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma
8. Rahardi,
Kunjana. 2010. Teknik-teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah.
Graha Media.
9. Wiyanto,
Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Grasindo.
10. Budiharso, Teguh.
2009. Panduan Lengkap Penulisan Karya Ilmiah. Angkasa.
11. Indriaty, Etty. 2008. Menulis
Karya Ilmiah . Gramedia Pustaka Utama.
12. Wuryanto, R. 2010.
Pedoman Lengkap Eyd ( Ejaan Yang Disempurnakan ). Paung Bona Jaya.
13. Muda, Ahmad A.K.
2008. Kamus Saku Bahasa Indonesia Idx Ed.terbaru. Tititk Terang.
0 komentar:
Posting Komentar