BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kompositum
atau bentuk majemuk adalah penggabungan dua bentuk kata atau lebih. Bentuk ini
terdiri atas verba majemuk dan verba nominal. Verba majemuk adalah deret dua
kata atau lebih menghasilkan makna yang masih dapat diruntut dari makna
komponennya yang tergabung (Moeliono, 2001: 22).
Verba
nominal pada dasarnya mempunyai ciri yang sama dengan verba majemuk.
Suami-istri merupakan verba nominal karena maknanya masih dapat diuraikan dari
makna kata suami dan istri. Hal ini sangat jelas berbeda dengan idiom. Idiom
juga terbentuk melalui proses penggabungan beberapa kata. Perbedaan antara
verba majemuk dan nomina majemuk dengan idiom terdapat pada penulusuran makna
kata yang membentuknya. Jika makna verbal majemuk dan nominal majemuk masing
dapat diuraikan, makna idiom tidak dapat diuraikan secara langsung dari
masing-masing makna yang tergabung. Kata naik dapat digabungkan dengan darah
sehingga terbentuk naik darah. Perpaduan dua kata ini menimbulkan makna baru
dan tidak ada hubungannya dengan darah yang naik.
Berdasarkan
panjang-pendeknya, verba majemuk dan verba nominal berbeda dengan idiom.
Perpaduan bentuk majemuk pada umumnya terdiri atas dua kata. Tatap muka, bunuh
diri, dan maju mundur merupakan contoh verba majemuk dan uang pangkal, anak
cucu, dan cetak coba merupakan contoh verba nominal.
Akan tetapi, perpaduan pada bentuk idiom dapat
terdiri dari dua kata atau lebih. Kata bertepuk sebelah tangan, bermain api,
dan memancing di air keruh adalah bentuk-bentuk idiom.
Verba
majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata
dengan kata yang lain. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu
menumbuhkan makna yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna
masing-masing kata yang tergabung. Idiom juga merupakan perpaduan dua kata atau
lebih tetapi makna dari makna masing-masing kata yang bergantung.
B.
Rumusan Masalah
VERBA
MAJEMUK
C.
Pembahasan Masalah
1.
Verba Majemuk
2.
Jenis-Jenis
Verba Majemuk
3.
Idiom
4.
Perbedaan Verba Majemuk dan Idiom
5.
Kompositum
6.
Jenis-Jenis Kompositum
7.
Perbedaan Verba Majemuk dengan Kompositum
D.
Tujuan Makalah
Tujuannya
agar dapat menambah wawasan bagi pembaca khususnya para mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih
memahami tentang “VERBA MAJEMUK”.
E.
Manfaat Makalah
Makalah ini di buat sebagai acuan atau panduan untuk para
pembaca dan juga mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah dalam proses pembelajaran “MORFOLOGI” baik di sekolah maupun di luar sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
VERBA MAJEMUK
PEMBAHASAN
VERBA MAJEMUK
A.
VERBA MAJEMUK
Menurut Bear (1988), Majemuk adalah
leksem baru hasil dari gabungan dua leksem atau lebih. Katamba (1994 : 291),
mengatakan bahwa majemuk adalah kata yang terdiri atas, minimal dua dasar yang
tiap-tiap dasar dapat berdiri sendiri. kridalaksana (2008), menyebutnya sebagai
gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang
memiliki kata yang memiliki fonologis, gramatikal, dan semantik yang khususnya
menurut kaidah bahasa yang bersangkutan.
Verba
majemuk adalah deret dua kata atau lebih menghasilkan makna yang masih dapat
diruntut dari makna komponennya yang tergabung (Moeliono, 2001: 22).
Jadi, Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menumbuhkan makna yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung.
Jadi, Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menumbuhkan makna yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung.
Contoh :
·
Memperjualbelikan,
menghancurleburkan (pengafiksasian dan reduplikasi dapat terjadi pada verba
majemuk).
·
Cuci mata, cuci
tangan
B.
JENIS-JENIS VERBA MAJEMUK
Berdasarkan
bentuk morfologisnya, verba majemuk terbagi atas
(1) Verba majemuk dasar,
(2) Verba majemuk berafiks,
(3) Verba majemuk berulang.
·
Verba
Majemuk Dasar
Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung
komponen berulang, dan dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, atau kalimat.
Contoh:
1. Mabuk laut
2. Kurang makan
3. Hancur lebur
·
Verba Majemuk Berafiks
Verba majemuk berafiks adalah verba majemuk yang
mengandung afiks tertentu.
Verba majemuk berafiks dapat dibagi atas:
a. Verba majemuk berafiks
yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang pangkalnya tidak dapat berdiri
sendiri dalam kalimat yang seterusnya disebut bentuk majemuk terikat.
Contoh :
1.
Temu
2.
Selenggara
b. Verba majemuk berafiks
yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri dan seterusnya
disebut bentuk majemuk bebas.
Contoh :
1. Marah
2. Darat
3. Pergi
·
Verba
Majemuk Berulang
Verba majemuk berulang adalah verba
majemuk pada bahasa Indonesia dapat direduplikasi jika kemajemukannya
bertingkat dan jika intinya adalah bentuk verba yang dapat direduplikasikan
pula. Hanya komponen verba yang mengalami reduplikasi pula.
Contoh:
1. Tebak-menebak
2. Menerka-nerka
3. Gerak-gerik
Berdasarkan
komponen-komponennya, verba majemuk terbagi atas
1. Verba majemuk bertingkat,
2. Verba majemuk setara.
· Verba
Majemuk Bertingkat
Verba majemuk bertingkat adalah
verba majemuk yang salah satu komponennya merupakan inti. Hubungan itu dapat
dilihat jelas apabila verba majemuk itu diparafrasekan.
Contohnya:
1. Jumpa pers = jumpa
dengan pers
2. Haus kekuasaan =
haus akan kekuasaan
· Verba
Majemuk Setara
Verba majemuk setara ialah verba
majemuk yang kedua komponennya merupakan inti. Hubungan itu dapat dilihat pada
parafrase sebagai berikut:
Contohnya:
1.
Timbul
tenggelam = timbul dan tenggelam
2.
Jatuh
bangun =
jatuh dan bangun
Jelaslah bahwa bukan satu komponen
yang menjadi inti, tetapi kedua-duanya. Dari parafrase tersebut terlihat bahwa
hubungan kedua komponen bersifat koordinatif.
C.
IDIOM
Idiom adalah entitas leksikal yang lebih berfungsi sebagai
sebuah kata, walapun terdiri atas beberapa kata (Katamba, 1994:291).
Kridalaksana (2007) mendefinisikan idiom sebagai konstruksi yang maknanya tidak
sama dengan makna komponennya.
Di Scullio dan Williams (dalam Katamba, 1994) menyebut idiom
dengan istilah listemes karena kata tersebut harus listed dalam
leksikon yang kekhasan maknanya tidak tunduk pada kaidah umum dan harus
dihafalkan. Idiom seperti musang berbulu ayam atau tertangkap
basah tidak dapat diketahui artinya melalui kata pembentuknya. Bentuk
tersebut harus didaftar tersendiri dalam kamus dan dihafalkan maknanya.
Kridalaksana memasukkan idiom ke dalam bentuk majemuk atau kompositum karena
bentuknya yang selalu merupakan gabungan kata atau leksem.
Idiom juga merupakan perpaduan dua kata atau lebih, tetapi
makna dan perpaduan ini tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna
masing-masing kata yang tergabung. Kata naik misalnya, dapat dipadukan dengan
kata darah sehingga menjadi naik darah.
Jadi,
Idiom adalah dua kata atau lebih
yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponen pada kata.
D.
PERBEDAAN VERBA MAJEMUK DAN IDIOM
Perbedaan verba majemuk dengan idiom:
·
Terdapat pada
penelusuran makna kata yang membentuknya
Pada
verba majemuk dapat diuraikan , sedangkan idiom tidak dapat diuraikan secara
langsung dari masing-masing makna yang tergabung.
Kalau
di pakai formula untuk membedakan verba majemuk dengan idiom, maka perbedaan
itu adalah:
Contoh
:
v Verba Majemuk
Maju mundur => kata “maju” dapat digabung dengan “mundur”
sehingga terbentuk
“maju mundur”. Perpaduan dua kata menimbulkan makna yang sama
dengan kata tersebut yaitu menyatakan “ingin maju dan ingin
mundur” dan saling berhubungan.
“maju mundur”. Perpaduan dua kata menimbulkan makna yang sama
dengan kata tersebut yaitu menyatakan “ingin maju dan ingin
mundur” dan saling berhubungan.
v Idiom
Naik darah => kata “naik” dapat digabung dengan kata “darah” sehingga terbentuk
“naik darah”. Perpaduan dua kata menimbulkan makna baru yaitu
menyatakan bahwa “mudah marah” dan tidak ada hubungannya dengan
darah yang naik.
Naik darah => kata “naik” dapat digabung dengan kata “darah” sehingga terbentuk
“naik darah”. Perpaduan dua kata menimbulkan makna baru yaitu
menyatakan bahwa “mudah marah” dan tidak ada hubungannya dengan
darah yang naik.
·
Berdasarkan
panjang pendeknya
Pada verba
majemuk perpaduan bentuk terdiri atas dua kata. Sedangkan idiom perpaduannya
terdiri dari dua kata atau lebih.
Contoh
:
v Verba Majemuk
1.
Maju mundur
2.
Tatap muka
3.
Bunuh diri
v Idiom
1.
Bertepuk sebelah
tangan
2.
Bermain api
3.
Memancing di air
keruh
E.
KOMPOSITUM
Kompositum (pemajemukan) adalah gabungan
morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola
fonologis dan semantic yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan.
Harimurti memberikan tiga ciri yang secara jelas membedakan
komposisi dan frasa, yaitu sebagai berikut.
Ciri-ciri
yang membedakan kata majemuk dari frase:
1.
Ketaktersisipan, yaitu komponen-komponen kompositum
tersebut tidak dapat disisipi apa pun. Harimurti member contoh kata alat
negara. Kata ini masih bisa disisipi partikel dari sehingga menjadi alat
dari negara. Jadi, kata ini bukan kata majemuk, melainkan frase.
2.
Ketakterluasan, yaitu komponen-komponen kompositu
tersebut tidak dapat diafiksasi dan dimodifikasi. Jika terjadi perluasan, itu
pun hanya mungkin untuk semua komponen sekaligus. Contoh yang diberikan adalah kereta
api yang dapat dimodifikasi menjadi perkeretaapian.
3.
Ketakterbalikan, yaitu komponen-komponen tersebut
tidak dapat dipertukarkan. Menurutnya, bapak ibu, pulang pergi, dan lebih
kurang bukanlah komposisi melainkan frase koordinatif karena dapat
dibalikkan. Arif bijaksana, hutan belantara, dan bujuk rayu barulah
disebut kompositum karena tidak dapat dibalikkan.
Jadi,
menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri di atas, bentuk tersebut bukan
kompositum, melainkan frase.
F.
JENIS-JENIS KOMPOSITUM
Ada
beberapa jenis kompositum yaitu:
1.
Kompositum subordinatif substantif
Kompositum
subordinatif subtantif adalah kompositum yang tidak berakfiks atau tidak
berpatikel antara kedua unsurnya.
Contoh: Anak air, buah hati, kepala keluarga, mata panah, perut bumi, suku
kata, dan anak sungai.
2.
Kompositum subordinatif atributif
Kompositum
subordinatif atributif adalah kompositum ini sebagian besar juga berfungsi
secara predikat dan sebagai satuan maknanya tergantung dari nomina di luar
kompositum.
Contoh : Bebas becak, banyak akal, banyak bicara, bebas tugas,
berat hati, gelap hati, hilang akal, campur tangan, buruk hati, datang bulan,
mati rasa, naik gaji, kurang darah, lepas tangan, panjang umur, ringan tangan,
patah tulang, senang hati, tipis harapan, tunarungu, dan tebal muka.
3.
Kompositum koordinatif
Kompositum
koordinatif adalah yang hubungan antar unsurnya bersifat koordinatif.
Contoh : Gegap gempita, adat istiadat, aman sejahtera, panjang
lebar, besar kecil, ayah ibu, basah kuyup, anak cucu, dan ambil alih.
4.
Kompositum berproleksem
Kompositum
berproleksem adalah kompositum yang satu unsurnya berupa proleksem.
Contoh : asusila, bilingualisme, metafisika, makro-ekonomi, dan semifinal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Verba majemuk adalah
verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang
lain. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menumbuhkan makna
yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata yang
tergabung.
Idiom adalah dua kata atau lebih yang
maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponen pada kata.
Perbedaan verba
majemuk dengan idiom:
·
Terdapat pada
penelusuran makna kata yang membentuknya
Pada
verba majemuk dapat diuraikan , sedangkan idiom tidak dapat diuraikan secara
langsung dari masing-masing makna yang tergabung.
·
Berdasarkan
panjang pendeknya
Pada verba
majemuk perpaduan bentuk terdiri atas dua kata. Sedangkan idiom perpaduannya
terdiri dari dua kata atau lebih.
Kompositum
(pemajemukan) adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai
kata yang mempunyai pola fonologis dan semantic yang khusus menurut kaidah
bahasa yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar