BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk social yang sekaligus sebagai
makhluk individu maka dalam kehidupanya pun memiliki perbedaan antara yang satu
dengan yang lain.Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan mengapa seseorang menyenangi
suatu obyek,sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut.
Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi
obyek tersebut dengan persepsinya.pada kenyataanya sebagian besar
sikap,tinggkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang dalam memahami tentang lingkungannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diharapkan kita akan
mengetahui tentang :
a. pengertian persepsi social
b. ciri-ciri persepsi social
c. factor-faktor yang mempengaruhi
persepsi social
d. pengaruh kelompok social terhadap
mayoritas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persepsi Sosial
Persepsi merupakan suatu proses yangdidahului oleh
pengindraan. Pengindraan adalah merupakan suatu prosesditerimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu alat indra.Namun proses tersebut tidak
berhenti di situ saja, pada umumnya stimulustersebut diteruskan oleh syaraf ke
otak sebagai pusat susunan syaraf, danproses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Karena itu proses persepsi tidakdapat lepas dari proses pengindraan,
dan proses pengindraan merupakan prosesyang mendahului terjadinya persepsi.
Proses pengindraan terjadi setiap saat,yaitu pada waktu individu menerima
stimulus yang mengenai dirinya melalui alatindra. Alat indra merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya(Branca, 1964; Woodworth dan
Marquis, 1957).
Stimulus yang mengenai individu itukemudian di
organisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadaritentang apa yang
di indranya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi.Jadi stimulus
diterima alat indra, kemudian melalui proses persepsi sesuatuyang diindra
tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dandiinterpretasikan
(Davidoff, 1981). Disamping itu menurut Maskowitz dan Orgel(1969) persepsi itu
merupakan proses yang intergrateddari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapatdikemukakan
bahwa persepsi itu merupakanproses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterimaoleh
organism atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, danmerupakan
aktivitas yang intergrated dalam diri individu. Karena
merupakanaktifitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada
dalamdiri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.
Dengan persepsi individu dapatmenyadari, dapat mengerti
tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya,dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan (Davidoff, 1981).Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa dalam persepsi stimulus dapat datingdari luar diri individu, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yangbersangkutan. Bila yang dipersepsi
dirinya sendiri sebagai objek persepsi,inilah yang disebut persepsi diri (self-perception).Karena dalam
persepsi itu merupakan aktifitas yang intergrated, maka seluruhapa yang ada
dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuanberfikir, kerangka
acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individuakan ikut berperan
dalam persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut,dapat dikemukakan bahwa
dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapikarna pengalaman tidak
sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuantidak sama, ada kemungkinan
hasil persepsi antara individu satu dengan individuyang lain tidak sama.
Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itumemang bersifat
individual (Davidoff, 1981).
Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial
adalahpenilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain.
Tentusaja sangat penting, namun bukan tugas yang mudah bagi setiap orang.
Tinggi,berat, bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut, dan warna lensa mata,
adalahbeberapa hal yang mempengaruhi persepsi sosial. Contohnya di Amerika Serikat,wanita
berambut pirang dinilai sebagai seorang yang hangat dan menyenangkan.
Brems&
Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial memilikibeberapa
elemen, yaitu:
a. Person, yaitu orang yang menilai
orang lain.
b. Situasional, urutan kejadian yang
terbentuk berdasarkanpengalaman orang untuk meniiai sesuatu.
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di
lakukan oleh orang lain.Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
1) Persepsi sosial,
berlangsung cepat dan otomatis tanpabanyak pertimbangan orang membuat
kesimpulan tentang orang lain dengan cepatberdasarkan penampilan fisik dan
perhatian sekilas.
2) Persepsi sosial, adalah
sebuah proses yang kompleks,orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti
hingga di peroleh analisissecara lengkap terhadap person, situasional, dan
behaviour.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil
kesimpulanbahwa persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera
terhadapsuatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu
meliputikeberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai
terhadapobjek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak
disadari,dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang
kurangsempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol &
Bartol,1994).
Dalam
usaha menginterpretasioranglain sering digunakan dimensi-dimensi tertentu.
Wrightman (1981)mengemukakan ada 6 dimensi pokok, yaitu:
a. Dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya
b. Rasional – tidak rasional
c. Altruis – orientasi diri (selfness)
d. Independen – conform dengan kelompok
e. Variatif – kesamaan
f. Kompleksitas – kesederhanaan
Melalui perkembangan dan pengalaman,orang membangun konsep
kepribadian implicit (implicit personality theory),yaitu asumsi-asumsi adanya
sifat-sifat tertentu yang berkorelasi dengan sifatlain. Orang yang memiliki
kecenderungan demikian disebut psikolog naïf.
v Pembentukan Kesan / Persepsi
Pengetahuan tentang orang-orang tertentu dan kaitannya
dengan atribut tertentu sering diistilahkan sebagaiprototype. Hasil prototype
memunculkan adanya stereotype, yaitu pemberianatribut tertentu pada sekelompok
orang tertentu. Contoh: orang Indonesia ramah,orang Amerika individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotypesulit diabaikan begitu
saja. Stereotype akan membatasi persepsi dan komunikasi,stereotype juga bisa
dimanfaatkan untuk membina hubungan yang lebih lanjut.Pada konsep kepribadian
implicit, stereotype juga akan memunculkan illusorycorrelation, yaitu mengaitkan secara berlebihan antara
satu karakteristikdengan karakteristik yang lain secara general.
v Kategori Sosial
Dalam pembentukan kesan terhadap orang lain, ada
kecenderungan untuk secepatnya mengkategorikan orang tersebut kedalam suatu
cirri tertentu. Penilaian yang cepat ini (snap jugdment) memilikiarti penting
dalam proses pembentukan kesan selanjutnya. Contoh yang seringditemu adalah
munculnya halo efek. Yang
disebut gejala self-fulfillingprophecy
adalah pembuatan kategorisasi tertentu dengan diwarnai
harapanberdasarkan asumsi penilai.
1. Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh pada Persepsi
- Kesan yang terbentuk dalam pikiran seseorang di saat pertama kali berjumpa dengan orang lain ditentukan oleh berbagai hal, yaitu :
a. Ciri ciri penampilan fisik ( fisikal
attractiveness ) meliputi :
b. Penampilan fisik akan
menentukanbagaimana persepsi kita terhadap orang lain. Penampilan fisik ini
berakar pada:
1) Wajah (menarik
/ tdk menarik)
2) Bagaimana cara
berpakaian, bahan, model,cara memakainya
3) Postur tubuh,
make up, potongan gayarambut
4) Assesories yang
dikenakan
c. Ciri ciri sosial demografik (social
demographic characteristic ) meliputi :
1) Jenis Kelamin :
umumnya perempuandinilai lebih rendah kemampuannya dibanding laki-laki dalam
pekerjaan tertentu.(lihat penelitian Goldberg 1968).
2) Suku / Ras /
Etnis : Suatu hari kitadiminta unt bertemu dengan orang yang bernama Situmorang
yang berasal dariBatak karo, dan pada hari lain kita diminta bertemu dengan
Widodo Rahardjo yangberasal dari Solo Jawa tengah. Biasanya sebelum kita
bertemu kita membayangkanseperti apa sifat/karakter rang yang akan kita jumpai.
Dalam persepsi kita adaperbedaan sifat antra orang yang berbeda suku.
3) Status Sosial
Ekonomi meliputi :Social economic performance (penampilan berdasar persepsi
status sosial ekonomi)sering menjebak penilaian terhadap orang lain). Social
economic performance inibiasanya dilihat/dinilai dari penampilan luaran. Mis,
tongkrongannya, stylepergaulannya, fashion, assesories, pekerjaan dll.
d. Komunikasi non verbal ( non communication
verbal skill management ) : Kesan terhadap orang lain ikut ditentukan oleh
komunikasi non verbal seperti :
1) Ekpresi wajah
(wajah adalah ekpresikejiwaan)
2) Gerakan
tubuh/tangan/ gerak mata
3) Intonasi suara
4) Kontak
pandangan mata
Dari komunikasi non verbal kita bisamenarik kesan tentang
kondisi emosi, watak kepribadian dan kejujuran seseorang. Didepan telah
dipaparkan bahwa apayang ada dalam diri individu akan dipengaruhi dalam
individu mengadakanpersepsi, ini merupakan faktor internal. Di samping itu
masih ada faktor lainyang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu
faktor stimulus itusendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu
berlangsung, dan inimerupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai
faktor eksternaldan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam
individumengadakan persepsi.
Agar stimulus dapat dipersepsi, makastimulus harus cukup
kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitukekuatan stimulus yang
minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudahdapat dipersepsi oleh
individu. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi.Stimulus
yang kurang jelas, stimulus yang berwayuh arti, akan berpengaruh dalamketepatan
persepsi. Bila stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, makaketepatan
persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi, karnabenda-benda
yang di persepsi tersebut akan berbeda bila yang dipersepsikan itumanusia.
Mengenai keadaan individu yang dapatmempengaruhi hasil
persepsi dating dari dua sumber, yaitu yang berhubungandengan segi kejasmanian,
dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bilasystem fisiologisnya
terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsiseseorang. Sedangkan
segi psikologis seperti telah dipaparkan di depan, yaituantara lain mengenai
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan,motivasi akan berpengaruh
pada seseorang dalam mengadakan persepsi.
Sedangkan linkungan atau situasikhususnya yang melatar
belakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi,lebih-lebih bila objek
persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan yangmelatarbelakangi objek merupakan
kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan.Objek yang sama dengan situasi
sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsiyang berbeda.
- Persepsi Sosial
Telah dipaparkan didepan berkaitandengan persepsi objek yang
dipersepsi dapat berada diluar individu yangmempersepsi, tetapi juga dapat
berada di dalam diri orang yang mempersepsi.Dalam mempersepsi diri sendiri
orang akan dapat melihat bagaimana keadaan dirinyasendiri, orang akan dapat
mengerti bagaimana keadaan dirinya sendiri, orangdapat mengevaluasi tentang
dirinya sendiri.
Bila objek persepsi terletak diluarorang yang mempersepsi,
maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapatberwujud benda-benda,
situasi, dan juga dapat berwujud manusia. Bila objekpersepsi berwujud
benda-benda disebut persepsi benda (things
perception) atau juga disebut non-social
perception, sedangkan bila objek persepsi berwujudmanusia atau orang
disebut persepsi sosial atau social
perception (Heider. 1958). Namun disamping istilah-istilahtersebut
khususnya mengenai istilah socialperception
masih terdapat istilah-istlah lain yang digunakan. Yaitupersepsi orang atau
person perception (Secord dan Backman.1964), juga istilah person cognitionI atau interpersonal perception. Yang
kurangdapat mendukung istilah social
perceptiondalam pengertian person
perceptionmemberikan alasan bahwa karena persepsi sosial menyangkut
persepsi yangberkaitan dengan variable-variabel social, sehingga ini memberikan
pengertianyang lebih luas dari pada pengertian personperception (Tagiure dalam lindzey dan aronsome 1975).
Dalam individu mempersepsikanbenda-benda mati bila
dibandingkan dengan mempersepsikan manusia, terdapatsegi-segi persamaan
disamping segi-segi perbedaan adanya persamaan bila dilihatbahwa manusia atau
orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti benda-bendafisik lainnya yang
terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda.Namun karena manusia
bukan semata-mata bukan hanya benda fisik melulu, tetapimempunyai
kemampuan-kemampuan yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya,maka hal ini
akan membawa perbedaan antara persepsi benda-benda denganmempersepsi manusia
(Morgan, dkk. 1984).
Mempersepsi seseorang, individu yangdipersepsi itu mempunyai
kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan walaupunkadarnya berbeda seperti halnya
pada individu yang mempersepsi. Orang yangdipersepsi dapat berbuat sesuatu
terhadap orang yang mempersepsi, sehinggakadang-kadang atau justru sering hasil
persepsi tidak sesuai dengan keadaansebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat
menjadi teman, namun sebaliknya jugadapat menjadi lawan dari individu yang yang
mempersepsi. Hal tersebut tidakakan dijumpai bila yang dipersepsi itu bukan
manusia atau orang (Tagiuri danPetrullo, 1958). Ini berarti bahwa orang yang
dipersepsi dapat memberikanpengaruh terhadap orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatuproses seseorang untuk
mengetahui, mempersepsikan, dan mengevaluasi orang lainyang dipersepsi, tentang
sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yangada dalam diri orang yang
dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenaiorang yang dipersepsi (Tagiuri
dalam Lindzey dan Aronson, 1975). Namun demikianseperti telah dipaparkan di
depan, karena yang dipersepsi itu manusia sepertihalnya yang mempersepsi, maka
objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepadaorang yang mempersepsi. Dengan
demikian dapat dikembangkan dalam mempersepsimanusia atau orang (person) adanyadua pihak yang
masing-masing yang mempunyai kemampuan-kemampuan,perasaan-perasaan,
harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbedasatu dengan yang
lain, yang akan berpengaruh dalam orang mempersepsi manusiaatau orang tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, adabeberapa hal yang dapat
ikut berperan dan dapat pberpengaruh dalam mempersepsimanusia, yaitu (1)
keadaan stimulus, dalam hal iniberujud manusia yang akandipersepsi; (2) situasi
atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus; dan(3) keadaan orang yang
mempersepsi. Walaupun stimulus personnya sama, tetapikalau situasi sosial yang
melatarbelakangi stimulus person berbeda, akanberbeda hasil persepsinya
(Tagiuri dan petrullo, 1958).
Pikiran, perasaan, kerangka acuan,pengalaman-pengalaman,
atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yangmempersepsi akan berpengaruh
dalam seseorang mempersepsi orang lain. Haltersebut disebabkan karena persepsi
merupakan aktifitas yang integrated
(Moskowitz dan Orgel, 1969).Bila orang yang dipersepsi atas dasar pengalaman
merupakan seorang yangmenyenangkan bagi orang yang mempersepsi, akan lain hasil
persepsinya bilaorang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang
sebaliknya. Demikian puladengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang
yang mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yangmelatarbelakangi stimulus
person juga akan ikut berperan dalam hal mempersepsiseseorang. Bila situasi
sosial yang berlatarbelakangi berbeda, hal tersebutakan membawa perbedaan hasil
pertsepsi seseorang. Orang yang bisa bersikapkeras, tetapi karena situasi
sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkankekerasannya, hal tersebut akan
mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagaistimulus person. Keadaan tersebut
dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya.Karena itu situasi sosial yang
melatarbelakangi stimulus person mempunyai peranyang penting dalam persepsi,
khususnya persepsi sosial.
v Teori-teori Atribusi (Labelling)
Ada
3 teori atribusi, yaitu:
1. Theory of
Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengansikap atau karakteristik
personal, berarti dengan melihat perilakunya dapatdiketahui dengan pasti sikap
atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yangdemikian adalah hubungan yang
dapat disimpulkan (correspondent inference).
Bagaimana mengetahui bahwa perilakuberhubungan dengan
karakteristiknya?
a. Denganmelihat kewajaran perilaku.
Orang yang bertindak wajar sesuai dengankeinganan masyarakat, sulit untuk
dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan darikarakternya.
b. Pengamatan terhadapan perilaku
yang terjadi pada situasi yang memunculkanbeberapa pilihan.
c. Memberikan peran berbeda
dengan peran yang sudah biasa dilakukan.Misalnya, seorang juru tulis diminta
menjadi juru bayar. Dengan peran yang baruakan tampak keaslian perilaku yang
merupakan gambaran dari karakternya.
2. Model
of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967, 1971)
Harrold Kelley mengajukan konsepuntuk memahami penyebab
perilaku seseorang dengan memandang pengamat sepertiilmuwan, disebut ilmuwan
naïf. Untuk samapi pada suatu kesimpulan atribusiseseorang, diperlukan tiga
informasi penting. Masing-masing informasi jugaharus menggambarkan
tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu, adalah:
a.
Distinctiveness
Konsep
ini merujuk pada bagaimanseorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda.
Distinctivness yang tinggiterjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi
secara khusus pada suatuperistiwa. Sedangkan distinctiveness rendah apabila
seseroagn merespon samaterhadap stimulus yang berbeda.
b. Konsistensi
Hal
ini menunjuk pada pentingnyawaktu sehubungan dengan suatu peristiwa.
Konsistensi dikatakan tinggi apabilaseseorang merespon smaa untuk stimulus yang
sama pada waktu yang berbeda.Apabila responnya tidak menentu maka seseorang
dikatakan konsistensinya rendah.
c. Konsensus
Apabila
oranglain tidak bereaksisama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, dan
sebaliknya. Selain itukonsep tentang consensus selalu melibatkan oranglain
sehubungan dengan stimulusyang sama.
Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada
seseorang. MenurutKelley ada 3 atribusi, yaitu:
1) Atribusi
Internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran darikarakternya
bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dankonsistensinya tinggi.
2) Atribusi
Eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengandistinctiveness yang
tinggi, consensus tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
3) Atribusi
Internal-Eksternal, hal ini ditandai dengan distinctivenessyang tinggi,
consensus rendah, dan konsistensi tinggi.
3. AtribusiKeberhasilan
dan Kegagalan (Weiner)
Ada
dua macam dimensi pokok:
a.
Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b. Stabilitas
penyebab, stabil atau tidak stabil.
Kestabilan
Locus
of Ctrl
|
Tidak
stabil
(Temporer)
|
Stabil
(Permanen)
|
Internal
|
Usaha,
mood, kelelahan
|
Bakat,
kecerdasan, karakteristik fisik
|
Eksternal
|
Nasib,
ketidaksengajaan, kesempatan
|
Tingkat
kesukaran tugas
|
B.
PENGARUH
LINGKUNGAN TERHADAP KEHIDUPAN PRIBADI
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di
dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala
yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya,
bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti
tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Dalam kesempatan ini, saya akan membahas tentang pengaruh
lingkungan sekitar terhadap kehidupan pribadi seorang manusia. Setiap manusia
pasti memiliki kehidupan yang beragam, unik dan memiliki ciri-ciri khusus.
Pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial
psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara
integrativ dengan faktor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam
rangka menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap, Seorang individu
berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti mampu mengurus diri sendiri sampai
dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Karena
manusia termasuk ke dalam makhluk sosial, mereka tidak bisa hidup sendirian dan
harus berdampingan dengan orang lain. Untuk menuju pola kehidupan pribadi yang
lebih mantap, juga tidak bisa dicapai dengan sendirinya. Harus ada individu
lain yang mempengaruhinya sehingga terbentuk kepribadian yang tertanam di dalam
hatinya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya
sebagai pengalaman, Karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan
mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari
pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di
sekitarnya.
Seseorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di
lingkungan keluarga. Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya
sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan
pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya.
Perkembangan anak yang menyangkut perkembangan psikofisis dipengaruhi oleh :
status sosial ekonomi, fisafat hidup keluarga, dan pola hidup keluarga seperti
kedisiplinan, kepedulian terhadap kesehatan, dan ketertiban termasuk ketertiban
menjalankan ajaran agama.
Contohnya ketika dalam keluarga terdapat hanya 1 anak,
mereka seharusnya tidak memanjakan anak tersebut karena kedepannya akan
tertanam sifat manja dan tidak mau berusaha karena keinginannya sudah
terkabulkan sejak kecil. Juga tidak akan menumbuhkan rasa tanggung jawab
kedepannya.
Karena lingkungan mempengaruhi kepribadian individu maka
sejak kecil sebaiknya suatu keluarga mendidik anaknya tersebut dengan sifat –
sifat yang baik sehingga kedepannya akan terbentuk kepribadian yang baik pada
masing – masing individu.
Namun, tidak selamanya orang tua bisa memantau perilaku
anak-anaknya, apalagi ketika anaknya sedang di luar rumah. Ini lah lingkungan
yang paling berbahaya. Bila kita tidak mempunyai keteguhan hati yang kuat, maka
kita akan mudah terjerumus ke dalam lingkungan yang negative. Subjek yang
paling berbahaya dalam hal ini adalah remaja. Secara psikologis remaja telah
cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan hidup mandiri dalam kehidupan
bermasyarakat. Akan tetapi tidak semua remaja siap menghadapi kondisi
masyarakat yang terus berkembang sehingga mereka belum memiliki konsep
kehidupan masa depan. Hal ini akan berakibat mereka akan tampak tidak memiliki
pendirian dan mengalami kesulitan memilih jenis pekerjaan serta tergantung
kepada kelompok.
Lingkungan dapat membuat individu sebagai makhluk social.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau
manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi,
sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang
dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang
sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10
tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak
dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia
tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain.
Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan
berlangsung sangat lambat sekali.
Maka dari itu, persiapkan diri Anda sebelum Anda benar-benar
menghadapi lingkungan social. Siapkan iman dan keteguhan hati agar Anda tidak
terjerumus dalam pergaulan yang negative. Semoga artikel ini memberikan manfaat
baik untuk pembaca maupun untuk saya pribadi.
C.
CIRI
PERSPEKTIF SOSIAL
Di dalam setiap
ilmu pengetahuan,senantiasa ada perspektif atau imajinasi tertentu,di dalam
sosiologi hal tersebut disebut dengan perspektif atau imajinasi
sosiologikal.Ciri-ciri perspektif sosiologikal:
1. Keterkaitan
pada interelasi sosial yang berpola
Interelasi sosial adalah hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi antara individu dengan individu,kelompok dengan kelompok,serta
antara individu dengan kelompok.Contoh:hubungan antara seoreng Ibu dengan
anaknya,antara pejabat dengan rakyat.Interelasi sosial menjadi inti dari
pergaulan hidup,dan seorang sosiolog senantiasa akan berpaling pada kerangka
berfikir yang didasarkan pada interelasi sosial.Masyarakat terjadi dan berprose
karena interelasi sosial tersebut. Oleh karena itu,interelasi sosial yang
berpola dibutuhkan dalam proses hubungan sosial untuk meminimalisir konflik dan
membuat suatu hubungan yang teratur.
2. Mempunyai Interest yang luas
Dalam sosiologi,interest berarti kepentingan.Kepentingan disini terdapat
dalam ruang lingkup yang luas misalnya kepentingan masyarakat.Hubungan sosial
seseorang,kelompok,dan masyarakat memiliki kepentingan-kepentingan baik
kepentingan yang sama maupun kepentingan yang berbeda.Kepentingan yang sama dan
kepentingan yang berbeda dapat memicu terjadinya konflik.Contoh:kepentingan
yang sama adalah pada waktu Pemilihan Kepala Daerah dan kepentingan yang
berbeda antara Guru dan Petani.Dibutuhkan interest yang luas didalam ilmu
sosial agar suatu hubungan sosial tidak tertuju pada satu kepentingan tetapi
untuk semua kepentingan kalangan luas.Kepentingan orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan kepentingan orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan.
3. Konsentrasi pada kondisi
sosial
Ilmu sosial
sangat mengerti tentang keadaan suatu daerah dengan dasar unsur-unsur sosial
yang ada didalam masyarakat.Unsur-unsur sosialyang pokok dalam masyarakat antara
lain:
a.
Kelompok sosial,baik yang teratur maupun yang tidak
teratur.Contohnya:keluarga(yang teratur) dan kerumunan(yang tidak teratur).
b.
Kebudayaan yang merupakan hasil karya,rasa dan cipta yang didasarkan pada
karsa.Contohnya:rumah,kaedah,ilmu pengetahuan,dan bahasa.
c.
Lembaga sosial,yaitu himpunan kaedah-kaedah dari segala tingkatan yang berkisar
pada kebutuhan pokok manusia.Contoh:sekolah,rumah sakit,rekreasi.
d.
Stratifikasi sosial,yaitu lapisan sosial dalam masyarakat yang didasarkan
pada kekayaan,kekuasaan,ilmu pengetahuan,kehormatan,dsb.
e.
Kekuasaan dan wewenang.Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengeruhi pihak
lain,sehingga pihak tersebut mengikuti kehendak yang memberi pengaruh.Wewenang
merupakan kekuasaan yang diakui.Contoh:hubungan antara guru dan murid.
1.
Pengaruh kelompok pada individu
- Keseragaman suara
- Kekuatan jumlah
- Konformitas atau kepatuhan
Contoh
pada kelompok pertemanan “geng”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Persepsi merupakan suatu proses yangdidahului oleh
pengindraan. Pengindraan adalah merupakan suatu prosesditerimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu alat indra.Namun proses tersebut tidak
berhenti di situ saja, pada umumnya stimulustersebut diteruskan oleh syaraf ke
otak sebagai pusat susunan syaraf, danproses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Karena itu proses persepsi tidakdapat lepas dari proses pengindraan,
dan proses pengindraan merupakan prosesyang mendahului terjadinya persepsi.
Proses pengindraan terjadi setiap saat,yaitu pada waktu individu menerima
stimulus yang mengenai dirinya melalui alatindra. Alat indra merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya(Branca, 1964; Woodworth dan Marquis,
1957).
Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh pada Persepsi
Kesan yang terbentuk dalam pikiran
seseorang di saat pertama kali berjumpa dengan orang lain ditentukan oleh
berbagai hal, yaitu :
a. Ciri ciri penampilan fisik ( fisikal
attractiveness ) meliputi :
b. Penampilan fisik akan
menentukanbagaimana persepsi kita terhadap orang lain. Penampilan fisik ini
berakar pada:
1) Wajah (menarik
/ tdk menarik)
2) Bagaimana cara
berpakaian, bahan, model,cara memakainya
3) Postur tubuh,
make up, potongan gayarambut
4) Assesories yang
dikenakan
B.
Saran
Makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
mendukung sangat saya harapkan dari para pembaca seklaian demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah saya ini kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar