Jumat, 14 Maret 2014

teori evolusi dan perkembangannya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Paradigma yang berkembang mengenai teori evolusi adalah penyangkalan teori evolusi dan cenderung mendehumanisasikan manusia melalui sejarahnya. Karena manusia dalam teori evolusi berasal dari kera. Tidak sedikit kalangan yang mengkritik habis teori evolusi hanya berupa dongengan belaka. Terutama dari kalangan agamawan yang menentang habis teori evolusi sebagai teori yang mutad dan menentang kebesaran Tuhan. Tetapi apakah yang mendasari mereka mengatakan teori evolusi sebagai sebuah ajaran yang murtad. Apakah tidak ada nilai baik yang dapat diambil inti dari teori evolusi ini?
            Harun Yahya dalam karyanya yang berjudaul “Menyibak Tabir Evolusi” adalah salah satu tokoh yang menentang hadirnya teori evolusi. Beliau beranggapan bahwa asal mula manusia bukanlah berdasarkan serangkaian kejadian yang terjadi secara kebutalan dari satu spesies, tetapi melainkan melalui Sang Maha Kuasa. Tetapi apakah benar teori evolusi hanya berupa teori yang menerangkan kejadian awal mula manusia?
            Disinilah paradigma yang berkembang dari teori evolusi mengalami kekeliruan yang mendasar. Teori evolusi bukanlah suatu teori yang hanya menjabarkan kejadian asal mula manusia, tetapi teori evolusi lebih dari itu. Teori evolusi merupakan suatu hasil penelitian ilmiah yang menerangkan keserupaan antara berbagai jenis makhluk hidup yang dahulu dan masa kini. Dan itu bukanlah merupakan penjabaran mutlak dari mana asal muasal manusia atau siapakah makhluk hidup yang pertama dimuka bumi ini seperti anggapan para penentang teori evolusi.
            Memang pada awalnya—sewaktu abad 19, teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin menerangkan perbandingan antara manusia dan hewan (dalam kasus ini kera). Tetapi andaikan teori evolusi ini diterima beberapa kalangan yang menentang sebagai sebuah teori yang terbuka, maka akan tampaklah nilai-nilai baik yang tidak mendehumanisasikan manusia. Lebih dari itu, teori ini merupakan titik pijak dari berkembangnya pengetahuan manusia tentang sejarah kehidupan manusia.
            Terasa dan memang sangat sulit untuk menerima akan keterbukaan teori ini sebagai sebuah pengetahuan yang terbuka. Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan antara ranah agama dan pengetahuan ilmiah (sains). Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan kedua ranah ini dan menyetujui bahwa menerima pemisahan agama dan ilmu pengetahuan adalah sebuah jalan menuju kemaksiatan dan kemurtadaan. Tetapi lebih dari itu, pemisahan ilmu pengetahuan dan agama merupakan sebuah jalan dari pengagungan yang lebih dari Sang Kholik.
            Mereka yang menyetujui teori evolusi sebagai sebuah pengetahuan mengemukakan bahwa teori evolusi adalah sebuah bentuk pengetahuan yang layak untuk disajikan. Hal ini bukanlah tanpa anggapan yang tidak ilmiah. Sebagai ilmuwan, mereka mengemukakan gagasan yang relevan dan masuk diakal untuk diberikan pada masyarakat. Sebagai contoh mengapa teori evolusi merupakan serangkaian seleksi alam dalam keidupan.
            Selain dalam bidang ilmiah, teori evolusi inipun dikembangkan dalam bidang sosial. Karl Marx adalah salah satu contoh dari pengembang dibidang sosial. Teori evolusi merupakan bentuk dari sebuah proses yang membebaskan penganiayaan manusia berdasarkan seleksi alam. Penyimpulan ini dikarenakan banyaknya masyarakat kelas pekerja yang akan tunduk pada kaum borjuis. Tetapi lagi-lagi dengan melalui sebuah proses yang lama namun pasti (evolusi), kaum proletar akan mendapatkan hak-hak hidupnya. Oleh sebab itu dalam pembahasan makalah kami ini akan membahas teori evolusi dalam bidang ilmu sosial.

B.     Rumusan Masalah
Dari  mukadimah diatas, sekiranya terdapat beberapa point yang akan dijadikan perumusan masalah. Diantaranya:
  • Apakah teori evolusi itu ?
  • Bagaimanakah macam-macam teori evolusionis?
  • Bagaimanakah pandangan tokoh sosial tentang teori evolusionis?































BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evolusi
            Evolusi merupakan salah satu topik yang masih terus menjadi perdebatan di dunia pendidikan biologi, dan merambah di kehidupan masyarakat luas. Beberapa tokoh evolusionis berusaha untuk menjelaskan tentang peristiwa evolusi, mereka dari berbagai sudut pandang yang masing-masing, sehingga evolusi masih sulit untuk diterima oleh semua orang. Hal ini terkendala oleh faktor X yang biasa dikenal dengan istilah  “Missing Links”. Hilangnya beberapa penghubung evolusi menjadikan kendala yang masih sulit, untuk menghubungkan mata rantai kejadian evolusi dapat dijelaskan secara terinci. Para ilmuwan yang menggunakan metode ilmiah terus berusaha menyingkap kabut evolusi melalui sumber-sumber purbakala yang di dapat. Bukti uji Palaentologi, evolusi biologi, dan lempeng tektonik.
            Mendengar kata ‘evolusi’ tentulah kita dengan segera memikirkan Darwin dengan “teori keranya”.Tetapi evolusi tidaklah hanya berkisar pada manusia dan kera.Berdasarkan asal katanya, evolusi berasal dari bahasa latin yaitu evolvo yang berarti membuka gulungan, membuka lapisan, atau menguraikan. Berdasarkan arti katanya, evolusi berasal dari bahasa Inggris yaitu evolution yang berarti perubahan atau perkembangan bertahap.

            Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara bertahap dan perlahan-lahan. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin kompleksnya struktur dan fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam jenis yang ada. Definisi lain tentang evolusi  adalah proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit, memakan waktu lama, dan menghasilkan perkembangan spesies baru. Evolusi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen dalam suatu individu hingga menghasilkan perkembangan spesies baru.Spesies baru yang terbentuk mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks. ( Sudarno, 1994)
Evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu  yang sangat panjang. Di dalam biologi, pengertian evolusi telah mengalami perkembangan, dimana menurut Darwinisme: evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu yang sangat panjang. Dengan berkembangnya genentika molekuler, para ilmuwan mengembangkan teori evolusi komprehensip yang menggabungkan Darwinisme dengan Mendelisme yang selanjutnya dikenal sebagai sintesis modern (modern syntesis), yang artinya evolusi adalah perubahan frekuensi alel dari suatu populasi persatuan waktu (Hendriani,Y. 2008).


B.     Teori-teori Evolusi
            Kajian tentang evolusi berdasarkan beberapa ilmuwan sangat beragam. Beberapa ilmuwan mengklasifikasikan teori evolusi berdasarkan objek kajiannya.  Menurut Amin (2009), berdasarkan obyek yang mengalami evolusi, evolusi dibedakan menjadi dua, yaitu : evolusi anorganik dan evolusi organik.

a.      Evolusi anorganik (evolusi universe)adalah yang terjadi pada lingkungan abiotic
Contohnya : terjadinya bumi
b.      Evolusi organik adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari generasi ke generasi.Contoh       : asal-usul kehidupan
Saat ini para ilmuwan telah memahami bahwa sifat suatu organisme ditentukan atau diatur oleh subtansi kimia yang dikenal dengan DNA. Subtansi tersebut tersimpan di dalam sel. Perubahan susunan kimia pada DNA akan menyebabkan perubahan sifat organisme. Evolusi organisme dibedakan menjadi dua macam, yaitu evolusi progresif dan evolusi regresif.
  1. Evolusi progresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang memungkinkan berlanjutnya kehidupan berikutnya.
  2. Evolusi regresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang tidak   memungkinkandapat berlanjutnya kehidupan berikutnya.
            Bila setiap spesies hasil perubahan secara turun menurun terus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, suatu ketika akan dihasilkan turunan yang bervariasi dan mengarah terbentuknya spesies baru. Terbentuknya variasi dan spesies baru akan meningkatkan keanekaragaman hayati di planet bumi.
            Sebagai contoh Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengatbiston betularia. Ngengat Biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Berdasarkan skala perubahannya evolusi dibedakan atasmakroevolusi dan mikroevolusi.
  1. Makroevolusiadalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skalayang besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya species baru. Sebagai contoh makroevolusi adalah kemunculan bulu selama evolusi burung dari dinosaurus teropoda.
  2. Mikroevolusiadalah proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil, yaitu mengarah pada perubahan frekuensi gen atau kromosom. Ia juga disebut sebagai”perubahan di bawah tingkat spesies”.Perubahan ini disebabkan oleh empat proses yang berbeda: mutasi, seleksi (baik yang alami maupun buatan), aliran gen, dan hanyutan genetik.             
    Evolusi berdasarkan hasil akhirnya terbagi menjadi evolusi divergen dan konvergen.
  1. Evolusi divergen,  adalah proses evolusi yang perubahannya berasal dari satu species menjadi banyak dua species yang berbeda. Contoh jumlah jari nenek moyang vertebrata.

  1. Evolusi konvergen,  adalah proses evolusi yang perubahannya menghasilkan 2 spesies memiliki perbedaan perkembangan organ-organnya mirip yang menepati satu lingkungan.  Contoh Lumba-lumba, duyung, dan ikan Hiu.

            Kini evolusi bisa dikatakan telah menjadi teori sentral dalam biologi modern (Hendriani, 2008). Seperti  yang dikatakan dalam Farber (2003) tentang apa yang diucapkan Dobzansky (1973), sebagian ahli biologi akan mengatakan bahwa “The Theory of evolution is central organizing theory of the life sciences”. Teori evolusi merupakan pusat teori di dalam kehidupan alam.

C.       Perkembangan Teori Evolusi
            Teori Evolusi mempelajari perubahan yang berangsur angsur menuju arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Selain itu juga, teori evolusi juga mengalami evolusi atau perubahan sesuai dengan perubahan jaman dan perkembangan teknologi.
            Perkembangan teori evolusi tidak lepas dari perkembangan bidang-bidang ilmu yang lain terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan lain-lain. Teori evolusi berkembang sejalan dengan perubahan zaman dalam arus globalisasi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka teori evolusi mengalami perkembangan.Adapaun perkembangan teori evolusi terbagi menjadi teori evolusi sebelum Darwin dan teori evolusi setelah Darwin.

v  Teori Evolusi Sebelum Darwin.
            Sejarah munculnya teori-teori evolusi sebenarnya baru dimulai pada tahun 1859, dengan dipublikasikan buku On the Origin of Species, meskipun kebanyakan ide-ide Darwin kenyataannya telah ada sejak masa lampau.Kenyataan bahwa bahwa makhluk hidup beraneka ragam dan megalami perubahan sudah teramati sejak lama, namun hal ini tidak melahirkan konsep-konsep evolusi sebagaimana yang terjadi pada masa Darwin.
            Parmenides menyatakan bahwa sesuatu yang terlihat adalah suatu ilusi. Berbeda dengan apa yang dikemukakan Parmenides, Heraclitus menyatakan bahwa dalam perjalanan hidupnya makhluk hidup selama mengalami proses yang tetap Teori ini dikenal dengan teori Fixise. Berasal dari kata ‘Fixed’., artinya ‘unchanging’ atau tetap, tidak berubah. Teori ini muncul satu atau dua abad sebelum teori Darwin. Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antar satu organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis dianggap tetap seperti apa adanya, tidak ada perubahan.
            Namun para Naturalis dan Philosohpy sering berspekulasi bahwa ada terjadi transfomasi spesies.Para ahli yang mempertanyakan kebenaran teori ‘Fixed’ misalnya: Maupertuis ilmuwan dari Prancis, dan kakek Charles Darwin yaitu Erasmus Darwin. Walaupun tidak ada pemikir-pemikir khusus yang mempersoalkan teori Fixed dengan penjelasan yang ilmiah bahwa spesies berubah, namun sebenarnya terdapat perhatian dan minat yang kuat berdasarkan kenyataan bahwa dapat saja satu spesies berubah menjadi spesies kedua.

            Pada 250 tahun sebelum Masehi, Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang menyerupai ikan. Pernyataan Empedocles yang berbau evolusi namun janggal kedengarannya berbunyi bahwa manusia dan juga binatang lainnya berasal dari bagian-bagian kepala, badan, dan tangan yang terpisah-pisah, yang pada makhluk tertentu ketiganya tumbuh menjadi satu, sedangkan pada makhluk lain hanya kepala dan badan yang tumbuh seperti pada ikan. Artinya ada yang pertumbuhannya lengkap dan adapula yang tidak lengkap.
            Ada beberapa penganut paham lain yang mengelak terhadap adanya pengaturan atau tuntunan khusus seperti pada vitalisme Para penganut paham lain ini berpegang pada teori Orthogenesis, Nomogenesis, dan Aristogenesis yang menganggap bahwa makhluk hidup itu berubah secara evolutif dan penentu perubahan itu adalah germ plasma. Contoh: perkembangan bentuk dewasa manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat embrio; Warna, bentuk, letak dan bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada kuncup bunga. Perubahan pada kuncup menjadi bunga hanya memerlukan tenaga untuk mekarnya sang bunga.
            Ketiga teori ini mempunyai perbedaan yaitu: Orthogenesis menitikberatkan perkembangan makhluk hidup pada garis lurus artinya terjadi perkembangan yang semakin besar, semakin bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah ada. Nomogenesis menyatakan bahwa perkembangan hanya berlangsung sesuai dengan aturan tertentu.Untuk setiap makhluk ada aturan tertentu yang mengikat.Aristogenesis menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi adalah perubahan menuju ke yang lebih baik.
            Beberapa tokoh dan peristiwa yang mendukung dan dipandang dapat melahirkan teori evolusi antara lain Carolus Linnaeus (Swedia) yang disebut sebagai bapak Sistematik, telah berhasil memberi nama  4.235 spesies hewan dan 5.250 spesies tumbuhan menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup tersebut diciptakan dan tetap (konstan), serta tergolong makhluk pertama yang benar-benar ada.  Charles Bonnet (ahli pengetahuan alam) percaya bahwa semua organisme, bahkan semua benda tak hidup mengalami proses pembentukan melalui rantai/tangga yang panjang dantak terputus, tak tersisipi. Rantai ini bermula dari mineral yang selanjutnya berkembang menjadi bentuk yang semakin kompleks seperti tumbuhan, invertebrata, ikan, burung, dsb.
            Pada zaman sebelum abad 18 yaitu 3 abad sebelum Masehi, di Yunani berkembang suatu paham bahwa organisme membentuk suatu tangga yaitu tangga kehidupan atau tangga alam. Pada tangga kehidupan ini yang berada di dasar adalah organisme yang sederhana, selanjutnya organisme yang berada di atasnya adalah organisme yang lebih sempurna.Tetapi dalam hal ini tidak disinggung hubungan antara organisme yang berada pada masing-masing anak tangga, sehingga dapat dimengerti mengapa teori evolusi tidak lahir melalui paham ini.Dikemudian hari beberapa pengikut evolusi menerima pendapat tersebut dengan melihat pandangan yang semakin maju dan semakin kompleks.Linnaeus, meskipun percaya adanya penciptaan tetapi tetap beranggapan bahwa tangga kehidupan tersebut ada.
            Cuvier (Perancis) yang mempunyai pendapat yang sama dengan Linnaeus tentang penciptaan, mengemukakan bahwa pada dasarnya evolusi itu tidak pernah terjadi. Cuvier berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini berasal dari proses penciptaan, spesies itu tetap dan tidak pernah berubah.
            Menurut Cuvier jika sekarang ini dijumpai beragam fosil pada lapisan tanah yang berbeda maka hal itu disebabkan terjadinya bencana alam.Bencana alam inilah yang melahirkan teori Catastrophisme.Melalui teori ini Cuvier mengemukakan bahwa di bumi ini terjadi beberapa kali bencana alam yang besar.Akibat bencana ini dijumpai makhluk-makhluk yang mati dan memfosil.Fosil yang berbeda yang terletak pada strata yang berbeda adalah hasil dari suatu ciptaan baru.Lebih jauh tentang fosil yang terletak pada setiap strata oleh William Smith dikemukakan bahwa tiap strata mempunyai tipe fosil yang khas dan semakin ke bawah fosil yang dikandung semakin jauh berbeda dengan makhluk yang ada sekarang ini.
            Berbeda dengan yang dikemukakan Cuvier, Charles Lyell dalam bukunya “Principle of Geology” mengemukakan bahwa terjadinya strata lapisan bumi yang mengandung fosil tidak karena terjadinya bencana alam, tetapi berlangsung sedikit demi sedikit seperti yang kita alami seperti sekarang ini. Teori ini disebutUniformitarianisme, yaitu teori yang menyatakan bahwa bentuk dan struktur bumi disebabkan oleh kekuatan angin, air, dan panas yang bekerja.Kekuatan ini mempengaruhi bentuk dan struktur bumi di masa lalu. Pendapat ini dikemudian hari memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori evolusi.
            Erasmus Darwin pada tahun 1731 – 1802 menyatakan dalam bukunya “Zoonomia”  bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan tersebut pula yang kemudian mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan gagasannya pada tahun 1859.Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-transformasi.Ahli lain yang sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de Buffon yang menyatakan bahwa proses evolusi itu berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
            Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada satupun makluk hidup yang identik.Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh Lamarck yaitu: Pertama, spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini yang sangat berbeda dengan teori Darwin.Lamarck berpendapat bahwa dalam suatu periode tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu kebiasaan atau latihan.Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat diturunkan.Gambar 1.2 menunjukkan perbedaan teori Lamarck dan teori Darwin.
            Berpegang pada konsep yang mengatakan bahwa organ-organ baru muncul sebagai respons atas tuntutan lingkungan. Lamarck mengajukan postulat sebagai berikut: Ukuran organ sebanding dengan penggunaannya. Hal ini berarti bahwa tiap perubahan yang terjadi karena digunakan atau tidak digunakannya organ tersebut akan diwariskan kepada generasi keturunannya. Peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang akan berakibat terjadinya pembaharuan bentuk dan fungsi. Contoh yang dipakai Lamarck untuk menjelaskan teorinya adalah leher Jerapah.
            Ia berpendapat bahwa leher jerapah menjadi panjang akibat dari usaha atau kerja kerasnya ‘striving’ untuk mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak pada dahan yang tinggi. Leher yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam hal ini Lamarck telah memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan hukum Use and Disuse yang artinya organ yang digunakan cenderung akan berkembang sedangkan yang tidak digunakan cenderung akan menyusut. Teori Lamarck, oleh para ahli sejarah disebut: adaptasi-transformasi. Teori Lamarck dikenal dengan paham “use and disuse” dari buku ‘Philosophie Zoologique’, diterbitkan pada tahun 1809.Kelebihan teori Lamarck
1)        Mengemukakan ide dasar bahwa ada hubungan evolusi dengan lingkungan.
2)        Merupakan orang pertama yang mengemukakan teori evolusi organik.
3)        Orang pertama yang mengarahkan perhatian manusia tentang hubungan genotipe dengan lingkungan.
Kelemahan teori Lamarck, tidak dapat menemukan bukti empiris yang mendukung hukum ‘use and disuse’.
            Pendapat Weismann ini adalah menentang pendapat Lamarck, Weismann menyatakan bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan. Untuk membuktikan pendapatnya tersebut, Weismann melakukan percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor tikus yang masing-masing dipotong ekornya. Ternyata anak-anaknya tetap berekor. Anak-anak tikus itu setelah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-anaknya tetap berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan 21 kali, ternyata hasilnya tetap (Amin, 2009)
            Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan seperti berikut: 1) Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada generasi berikutnya; dan 2) Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika.


v  Teori Evolusi Darwin
            Charles Darwin (1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert Darwin adalah ahli zoologi yang berasal dari negara Inggris.  Charles Darwin disebut sebagai bapak evolusi karena memiliki data yang lebih lengkap untuk menguatkan teori evolusi. Dalam bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life. Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak punah perlu adanya perjuangan untuk hidup. Buku ini diterbitkan pada tahun 1859.
Menurut Darwin, asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi pada lingkungan”. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitatnya, akan menurunkan sifat-sifat mereka pada keturunannya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya.Asal mula spesies telah dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru) terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
            Bukunya yang lain ia merumuskan pandangan bahwa semua jenis binatang berasal dari satu sel purba. Sel-sel purba ini menurut Darwin diciptakan oleh Tuhan. Tahun 1871, terbit buku kedua Darwin, “The Descent of Man (Asal Usul Manusia)”. Dalam buku ini, ia mengatakan: binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan proses struggle of life, sedikit demi sedikit berubah, dan dalam jenisnya yang paling sempurna.
Teori evolusi Darwin merupakan teori yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan sekitarnya maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858 Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat Charles Darwin dan Alfred Wallace.
            Darwin dianggap sebagai pencetus teori evolusi, maka ia dinobatkan sebagai bapak evolusi. Darwin tidak mengenyam pendidikan formal dibidang biologi, tetapi mempunyai minat yang tinggi untuk mengetahui hal lain dari makhluk hidup. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang berikutnya(1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan Galapagos.
            Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima ide yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah.
            Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
            Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa pendahulunya, antara lain (1) Erasmus, kakek Charles Darwin, (2) Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi, (3) Charles Lyell, yang ahli geologi, (4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”, menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama, dan bahwa respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya. Thomas Robert Malthus dalam bukunya Essay on the Principle Population bahwa tidak ada keseimbangan antara pertambahan penduduk dan jumlah bahan makanan, artinya adanya perjuangan untuk hidup dimana kenaikan produksi bahan makanan menurut deret hitung sedangkan kenaikan jumlah penduduk menurut deret ukur.
            Thomas Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan kata, “perjuangan untuk hidup”.Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya variasi karena pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology”  C. Lyell mengemukakan bahwa perubahan terus menerus pada bumi, masih terus berlangsung hingga kini.     Walaupun gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan Lamarck tentang diwariskannya sifat yang didapat (acquired character). Terjemahan Darwin tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai sejarah panjang leher jerapah.
            Teori evolusi yang diajukan Darwin pada prinsipnya menyatakan bahwa perkembangan makhluk hidup dipengaruhi oleh seleksi alam serta terjadinya variasi antarpopulasi. Darwin juga menggunakan contoh jerapah untuk menerangkan teorinya, yang sekaligus membuktikan kelemahan teori Lamarck. Menurut Darwin, pada dasarnya telah ada variasi panjang leher pada populasi jerapah. Jerapah berleher pendek kalah akibat kompetisi dengan jerapah berleher panjang, sehingga tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Pada akhirnya hanya tinggal populasi jerapah berleher panjang yang bertahan di lingkungannya (hukum survival of fittest).

v  Teori Seleksi Alam Darwin
            Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi alam.Ada enam fakta atau prinsip yang menjadi dasar teori seleksi alam Darwin yakni:
1)        Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
            Oleh karena tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas perkembangbiakan suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu menampungnya. Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian, dan itulah merupakan fakta yang kedua.
2)        Jumlah individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
            Sekalipun tingkat kesuburan tinggi namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak tanpa terkendali. Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
3)        Perjuangan untuk hidup
            Supaya dapat tetap hidup setiap makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif maupun pasif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan, baik antar individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan, termasuk juga parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang tidak hidup seperti iklim, dsb.
4)        Keanekaragaman dan hereditas
            Makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut antara lain berkenaan dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman terlihat mulai dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan atar individu se spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang menyebankan keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena berbagai sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas.
            Adanya keanekaragaman itulah yang menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup”  tidak sama antar satu individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga banyak individu yang mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi turunan tidak terlalu melonjak jumlahnya sekalipun individu turunan yang dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
5)        Seleksi alam
            Kenyataan terdapatnya keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar individu disebabkan ada individu yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan dan sekaligus mewariskan ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi.
6)        Lingkungan yang terus berubah
            Dalam situasi lingkungan yang terus mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya peristiwa seleksi alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada generasi tertentu akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif serta spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.


v  Pokok-pokok pikiran teori evolusi Darwin
            Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori pokok tentang evolusi, yaitu: 1) Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa lampau; 2) Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam. Hanya individu-individu yang dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan yang mampu hidup terus, sedangkan yang lainnya akan punah.
            Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19.Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya. Terlihat adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
            Darwin merumuskan teori evolusi sebagai teori seleksi alam, yang kemudian secara utuh dan lengkap dituangkan dalam bukunya yang berjudul “On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured races”. Makna utama dari wawasan Darwin dalam teori ini adalah bahwa evolusi biologis terjadi karena peristiwa seleksi alam. Darwin mengartikan seleksi alam sebagai suatu perjuangan atau perkelahian langsung antar individu sejenis atau antar spesies.


v  Pokok pikiran Darwin tentang Evolusi Manusia
            Selama ini toeri evolusi yang sering identik dengan teori evolusi Darwin adalah evolusi manusia yang berkembang dari kera. Didalam bukunya Darwin menggambarkan bagaimana perkembangan manusia modern ini berasal dari manusia sebelumnya. Manusia sebelumnya yang digambarkan oleh Darwin memiliki ciri-ciri yang hampir mirip dengan kera. Dengan begitu banyak ilmuwan yang membantah gambaran evolusi manusia oleh Darwin. Padahal Darwin tidak pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Manusia dan kera mempunyai jalur evolusi yang berbeda.
            Dasar proses evolusi menurut Darwin adalah adanya seleksi alam mengakibatkan perubahan yang bersifat menurun. Tetapi seleksi alam bukan berarti spesies yang dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam cenderung untuk berubah dan bertambah. Selanjutnya dengan perkembangan ilmu dan tehnologi dapat menjelaskan mengapa Darwin membuat gambaran tentang evolusi manusia.
v  Teori evolusi setelah Darwin
            Masa ini sering dikatakan sebagai neo-Darwinisme.  Para ahli menemukan bahwa ilmu genetika sangat perlu untuk menjelaskan proses evolusi. Selain itu semua sifat yang dimiliki oleh suatu organisme dapat digunakan untuk menunjang teori evolusi. Pelopor penelitian dalam bidang genetika, yakni J. G. Mendel mengemukakan teori genetika yang menyangkut adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Teori genetika dapat menjelaskan darimana keanekaragaman pada makhluk hidup.
            Dengan berbagai perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian teori evolusi Darwin diperkaya. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (neo-Darwinian) terjadi kareana adanya :
a)        Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b)        Perubahan da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c)        Produksi varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan (DNA//RNA).
d)       Kompetisi antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e)        Generasi berikutnya mewarisi”kombinasi gen yang sukses” dari individu fertil (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Setelaha neo-Darwinisme diikuti masa evolusi modern.Teori evolusi modern berpandangan bahwa sifat-sifat benda hidup berubah dengan bertambahnya waktu dan perubahan ini diarahkan oleh seleksi alam. Perubahan pada individu sepanjang hidupnya menyangkut suatu populasi dalam beberapa generasi. Suatu individu tidak dapat dikatakan mengalami evolusi, tetapi populasilah yang mengalami hal tersebut.
            Perubahan yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa. Di dalam populasi baik komposisi maupun ekspresi dari potensi pertumbuhan dapat mengalami pertumbuhan. Perubahan komposisi genetis inilah yang disebut evolusi. Di alam terdapat dua faktor yang bekerja secara harmonis yaitu factor penyebab keanekaragaman dan faktor yang bekerja untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis.
            Pada masa ini, para ahli tidak hanya bekerja dengan data morfologi, anatomi, dan penurunan genetika dalam mempelajari evolusi, tetapi, para ahli pada masa ini menggunakan pendekatan molekuler, dan fisiologis. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa suatu organisme berkerabat dekat atau jauh terhadap organisme lainnya dari perbedaan dalam semua aspek yang mungkin dipelajari.
D.    Pengertian Evolusionis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia evolusi berarti perkembangan atau pertumbuhan yang berangsur-angsur. Namun dalam artian epistimologi, evolusi berarti perubahan secara perlahan namun pasti menuju kesuatu titik.
Pada bidang Sosiologi, kita kenal Teori Evolusi Sosial yang dipopulerkan oleh Sir Herbert Spencer (1820-1903), yang menyatakan bahwa masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana, tidak teratur menjadi bentuk yang koheren dan teratur. Sementara itu, pada kajian Hubungan International, dikenal juga teori International Darwinism dengan konsep negara yang paling kuatlah yang akan menang dalam setiap kancah persaingan internasional.
Evolusi Sosial digambarkan sebagai serangkaian perubahan sosial pada masyarakat yang berlangsung lama dan berawal dari kelompok suku dan/atau masyarakat sederhana dan homogen kemudian secara bertahap menjadi masyarakat yang lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang heterogen, kompleks dan diferensiasi fungsi. Dalam menjalani tahapan-tahapan perubahan tersebut setiap kelompok masyarakat mempunyai metode/cara yang tidak sama karena menyesuaikan dengan unsur budaya lokal. Adalah pemikiran Auguste Comte sebelum Herbert Spencer, yang menitikberatkan bahwa masyarakat adalah pemimpin yang memiliki kedudukan dominan terhadap individu manusia pribadi.
Pandangan Herbert Spencer dalam evolusi sosial terkenal dengan sebutan Darwinisme Sosial atau Social Darwinism meskipun Teori Evolusi Darwin hanyalah memberikan inspirasi bagi teori evolusi sosial dan sama sekali bukan buah pemikiran Darwin. Hanya karena Herbert Spencer melihat ada kesamaan dalam teori evolusi darwin maka kadang manusia disebutnya sebagai organisme. Dalam ilmu Psikologi hal ini lebih dikenal dengan teori Coping Behaviour.
Darwinisme Sosial menggambarkan bahwa perubahan dalam masyarakat berlangsung secara evolusioner (lama) yang dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak dapat diubah oleh perilaku manusia. Individu menjadi poros utama perubahan. Meski masyarakat dapat dianalisis secara struktural, namun individu pribadi adalah dasar dari struktur sosial, karena Spencer memandang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai hakikat manusia secara inkorporatif. Struktur sosial dibangun untuk memenuhi keperluan anggotanya. Teori Spencer mengedepankan perjuangan hidup dan karenanya sangat cocok dengan perkembangan kapitalisme, liberalisme dan individualisme. Hal ini dituangkan dalam buku Principles of Sociology, 1855.

v  Macam-macam teori evolusionis.
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution.
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.

v  Pandangan Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Tentang Teori Evolusi.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.
c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir.
Teori evolusi dalam ilmu sosial pada dasarnya digolongkan kedalam Teori Perubahan sosial,sehingga Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono Soekanto (1982,315), perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan yang memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan- perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evalusi, perubahan- perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan- perubahan terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa –peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri perubahan evolusi adalah:
1.      Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
2.      Perubahan  membutuhkan rentan waktu yang lama
3.      Perubahan  terjadi karena usaha manusia untuk mendapatkan kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar kehidupan manusia (kondisi-kondisi baru).
4.      Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial namun kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
            Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat tradisional, yaitu masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup (tidak memiliki akses informasi dari lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan yang terkait dengan immaterial tidak dapat dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali yang memiliki strata sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat digolongkan pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan keterampilan seperti di masyarakat modern (open society). Oleh karena itu masyarakat sulit merubah status sosial yang dimiliki.
            Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di atas menenuai banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono Soekanto dalam buku pengantar sosiologi (buku rujukan sosiologi  sekolah dasar hingga perguruan tinggi) mempertanyakan seperti berikut ini “apakah suatu masyarakat berkembang melalui tahap- tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk memastikan bahwa tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap terakhir dan sebaliknya telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau bahkan sebaliknya?”. Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto mengatakan “para sosilog telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Inti dari evolusi bukanlah sebuah ilmu yang bisa dijadikan tolak ukur dalam mencari kebenaran tentang alam raya maupun manusia yang berada didalamnya. Maka untuk alasan apapun evolusi tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur dalam memandang manusia dan alam semesta. Evolusi hanya bersifat hipotesis dan kebenarnnya terbatas pada dunia empiris. Implikasi etis yang seharusnya ialah evolusi mampu untuk menghantarkan manusia pada peradaban baru yang lebih maju dan mensejarah, Karena manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial yang selalu hidup bersama dan terus menerus berubah. Mahluk yang bebas untuk menentukan dirinya serta terikat oleh nilai-nilai Norma sosial.
Sehingga dapat kamisimpulkan bahwa dalam teori evolusionis lebih menitik beratkan pada bagaiman perubahan-perubahan dalam masyarakat memiliki mekanisme tertentu sehingga dalam proses perubahanya akan membutuhkan waktu yang cukup lama.



B.     Saran
            Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sekalian sangat kami harapkan demi tercapianya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.





















DAFTAR PUSTAKA


  Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Cetakan XIV. 1995.
  Ritzer Georger. Teori sosiologi. Bantul. Kreasi Wacana. Cetakan ke VI. 2011.


0 komentar:

Posting Komentar