Minggu, 02 Maret 2014

makalah tentang teori belajar bahasa (bahasa pertama)




KATA PENGANTAR

            Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “TEORI BELAJAR BAHASA” dengan lancar.

            Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

            Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

                                                                                                                                   
                                                                                                                                    Penulis
 

 


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar   Belakang
Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melatih bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, Misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia mcmberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Proses perkembangan tersebut mulelui berbagai tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai dengan penguasaan usia sekolah. Hal ini perlu diketahui dengan teori yang mendasari perkembangan bahasa anak tersebut, serta bagaimana proses tahap-tahap menguasaan bahasa sehingga seorang anak dapat berbahasa dan menggunakan bahasa.
  1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diharapkan kita akan mengetahui tentang
a.      Perkembangan pemerolehan bahasa pertama
b.      Tahap-tahap pemerolehan bahasa
c.       Bagaimana proses perkembangan bahasa anak


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama
Secara harafiah pemerolehan bahasa pertama dapat diartikan sebagai penerimaan pesan berupa bunyi-bunyi oleh anak semenjak ia masih bayi. Kita semua tidak menyangkal akan kesanggupan seorang anak yang biasa berkomunikasi dalam usia yang masih terhitung hari, minggu atau bulan. Kegiatan awal seorang bayi adalah meraba, berceloteh atau menangis.Ia juga bisa mengkomunikasikan sejumlah pesan baik secara vokal maupun non vokal.
            Pemerolehan Bahasa Pertama juga bisa diartikan bagaimana anak memperoleh bahasa ibu tanpa kesengajaan dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan tersebut adalah orang-orang yang ada di sekitarnya dan ragam bahasa yang digunakan oleh mereka yang sempat tertangkap oleh daya simak seoarang anak. Pada kenyataannya anak yang normal memperoleh bahasa pertama dari orang-orang yang ada disekitarnya. Sementara kita mengesampingkan dahulu terhadap keadaan anak yang ‘tuli’ atau ‘bisu’. Pemerolehan bahasa ini tanpa diminta, tanpa disengaja dan tanpa diperintah. Sebagaimana sifat dasar anak adalah meng’imitasi’ dari sifat orang tuanya atau dari lingkungan tempat ia tinggal dan berkembang.
            Pada perkembangan selanjutnya, semakin tingi tingkat intelegensi anak, semakin banyak ia membutuhkan ragam bahasa yang bisa diterima oleh otaknya agar ia bisa mengkomunikasi pesan yang beragam. Karena itu, anak kemudian mentransfer banyak data bahasa dari berbagai sumber. Sumber-sumber itu antara lain adalah buku, majalah, koran dan televisi.
            Sampai pada tahap-tahap pembelajaran bahasa yang lebih tinggi, pemerolehan bahasa pertama memegang peranan penting. Jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan bahasa yang beragam dan sehat, maka ia akan memiliki kemampuan bahasa yang tinggi. Begitu juga sebaliknya.

Pengertian Pemerolehan Bahasa
            Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak.Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa.Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
            Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa.Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba.Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
            Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).

1.      Anak tidak belajar bahasa dengan cara menyimpan semua kata dan kalimat dalam
sebuah kamus mental raksasa. Daftar kata-kata itu terbatas, tetapi tidak ada kamus
yang bisa mencakup semua kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
2.      Anak-anak dapat belajar menyusun kalimat, kebanyakan berupa kalimat yang belum
pernah mereka hasilkan sebelumnya.
3.      Anak-anak belajar memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Mereka tidak dapat melakukannya dengan menyesuaikan tuturan yang
didengar dengan beberapa kalimat yang ada dalam pikiran mereka.
Anak-anak selanjutnya harus menyusun “aturan” yang membuat mereka dapat menggunakan bahasa secara kreatif.Tidak ada yang mengajarkan aturan ini.Orang tua tidak lebih menyadari aturan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantik dari pada
anak-anak.Selain memperoleh aturan tata bahasa (memperoleh kompetensi linguistik), anak-anak juga belajar pragmatik, yaitu penggunaan bahasa secara sosial dengan tepat, atau disebut para ahli dengan kemampuan komunikatif. Aturan-aturan ini termasuk mengucap salam, kata-kata tabu, bentuk panggilan yang sopan, dan berbagai ragam yang sesuai untuk situasi yang berbeda. Ini dikarenakan sejak dilahirkan, manusia terlibat dalam dunia sosial sehingga ia harus berhubungan dengan manusia lainnya. Ini artinya manusia harus menguasai norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagian dari noraia ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi seseorang tidak terbatas pada apa yang disebut pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use) (Dardjowidjojo, 2000:275).

            Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial.Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat.Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh prinsip atau falsafah ‘jadilah orang lain dengan sedikit perbedaan’, ataupun ‘dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan di dalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri’.
v  Masa Waktu dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
            Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.
Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua khususnya ibu) dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya.la berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan pada tahap satu kata anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemerian.
            Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya.Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Ada lima tahapan pemerolehan bahasa pertama. Setiap tahap dibatasi oleh panjang ucapan rata-rata tadi.Untuk setiap tahap ada Loncatan Atas (LA).
Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua mencakup eksistensi, noneksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek dengan orang.
            Pada masa tahap 2 ada tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak, yang dapat membuat kalimat-kalimat mereka menjadi lebih panjang yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau penyambungan bersama-sama hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan/relasi.
            Perkembangan pemerolehan bunyi anak-anak bergerak dari membuat bunyi menuju ke arah membuat pengertian.Periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama tahun pertama yaitu (1) periode vokalisasi dan prameraban serta (2) periode meraban.Anak lazimnya membuat pembedaan bunyi perseptual yang penting selama periode ini, misalnya membedakan antara bunyi suara insani dan noninsani antara bunyi yang berekspresi marah dengan yang bersikap bersahabat, antara suara anak-anak dengan orang dewasa, dan antara intonasi yang beragam.Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang didengarnya.Anak-anak menukar atau mengganti ucapan mereka sendiri dari waktu ke waktu menuju ucapan orang dewasa, dan apabila anak-anak mulai menghasilkan segmen bunyi tertentu, hal itu menjadi perbendaharaan mereka.

B.     TAHAP-TAHAP   PEMEROLEHAN   BAHASA
            Di tahun   pertama  kehidupan, manusia tampaknya  memproduksi  bahasa  dengan  bergerak maju  melewati  tahap- tahap  berikut :
1. Mendekut ( kebanyakan  mengandung  bunyi  vokal)
            Bayi-bayi  sanggup  memproduksi  bunyi dari dirinya sendiri. Yang paling jelas, aspek-aspek komunikatif dari tanisan – entah diniatkan atau tidak- berfungsi cukupe fektif. Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa.Mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vocal. Mendekutnya bayi di seluruh dunia, termasuk bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi –bayi dan bahasa-bahasa yang berbeda.
            Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam memilihkan bunyi yang tidak bermakna bagi mereka (Werker, 1989).Mereka bisa membuat pilihan fonetik yang sudah tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa.

2. Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)
            Di tahap ini bayi-bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vokal. Bagi telinga kita, merabannya bayi terus meningkat di antara pembicara-pembicara dari kelompok-kelompok bahasa yang berbeda terdengar sangat mirip (Oller&Eilers, 1998).
            Bunyi diproduksi berdasarkan perubahan di dalam pendengaran bayi. Meraban (babbling) adalah produksi  yang dipilih bayi terkait fonem-fonem yang terpilih –entah bunyi vocal maupun konsonannya- yang merupakan ciri bahasa asal bayi (Locke, 1994; petitto& Marentette,1991). Oleh karena itu, mendekutnya bayi diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya bayi berbeda. Salama tahap ini, kemampuan bayi untuk mencerap dan memproduksi fon-fon selain fonem semakin memudar.
3. Ucapan Satu Kata
            Pada  akhirnya, bayi mengucapkan kata pertamanya. Ini diikuti dengan singkat oleh satu dua kata lagi. Segara sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul. Ucapan ini terbatas pada bunyi vocal dan konsonan  yang digunakan (Ingram, 1999). Bayi menggunakan satu kata ini –yang disebut holofrase- untuk menyampaikan intense, keinginan dan tuntutan. Biasanya, kata-kata adalah kata benda yang melukiskan objek yang dikenal, yang biasadilihat anak (seperti mobil, buku, bola,dll) atau keinginan (seperti mama. Papa, jus, kue, dll).
            Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata 3 sampai 100 kata (Siegler, 1986). Namun, kosakata anak kecil masih tidak bisa menuangkan semua keinginannya. Akibatnya, anak-anak banyak melakukan kesalahan. Sebuah kekeliruan melebih-lebihkan isi (over extension error) adalah perluasan secara keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untukmenuangkan hal-hal dan gagasan-gagasan tetapi masih belum memiliki kata baru untuk mengekspresikannya.

4. Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik.

            Secara bertahap, antara usia 1,5 sampai 2,5 tahun, anak-anak mulai mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata. komunikasi-komnikasi awal ini tampaknya lebih lebih mirip telegram ketimbang percakapan. Kata depan, kata sambung dan morfem-fungsi lainnya biasanyaditinggalakan..oleh karena itu, para ahli bahasa menyebut ucapan-ucapan awal ini mirip ujaran di dalam telegram.
            Ujaran telegrafis ini dapat digunakan untuk menggambarkan ujaran dua atau tiga kata bahkan yang  sedikit lebih  panjang, namun tidak memiliki fungsi.

5. Struktur  Kalimat dasar Orang Dewasa
            Kosakata mengembang dengan cepat. Ia berlipat lebih dari tiga kali, dari sekitar 300 kata pada usia 2 tahun menjadi 1.000 kata pada usia 3 tahun.hampir secara menakjubkan, mulai dari kira-kira usia 4 tahun, dengan kemahiran kosakata yang bertambah (lihat Bloom, 2000 untuk diskusi tentang mekanisme-mekanisme kemahiran ini) kemampuan anak mencapai fondasi dan struktur bahasa orang dewasa. Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada usia 10 tahun, bahasa anak secara fundamental sudah sama  seperti orang dewasa.


C.    PROSES  PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya.
  • Perkembangan Pragmatik Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya. Usia 3 minggu bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang, tatapan mata, suara dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial. Usia 12 minggu mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan Usia 2 bulan bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya. Usia 5 bulan bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah. Pada usia 6 bulan bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi dan benda-benda. Usia 7-12 bulan anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata. Usia 2 tahun anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat 2 kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan topik baru. Lewat umur 3 tahun anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali giliran. Lewat umur ini, anak mulai mampu mempertahankan topik yang selanjutnya mulai membuat topik baru. Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat mempertahankan topik melalui 12 kali giliran. Sekitar 36 bulan, terjadi peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran sosial dalam percakapan. Ucapan yang ditujukan pada pasangan bicara menjadi jelas, tersusun baik dan teradaptasi baik untuk pendengar. Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya orang tua. Saat anak mulai membangun jaringan sosial melibatkan orang di luar keluarga, mereka akan memodifikasi pemahaman diri dan bayangan diri dan menjadi lebih sadar akan standar sosial. Lingkungan linguistik memiliki pengaruh bermakna pada proses belajar berbahasa. Ibu memegang kontrol dalam membangun dan mempertahankan dialog yang benar. Ini berlangsung sepanjang usia pra sekolah. Anak berada pada fase mono dialog, percakapan sendiri dengan kemauan untuk melibatkan orang lain. Monolog kaya akan lagu, suara, kata-kata tak bermakna, fantasi verbal dan ekspresi perasaan.
  • Perkembangan Semantik Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan 5 kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat di usia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian dan lokasi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat, dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.
  • Perkembangan Sintaksis Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut.2,30 Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam :
  1. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun
  2. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun
  3. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun
  4. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.
Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata tanya “mengapa”,” kapan”. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak menguasai kalimat empat kata sekitar 4 tahun. 9

Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata, yang diukur dalam morfem.Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
Perkembangan Fonologi Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna.
Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.

Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap :
  1. Tahap pralinguistik – 0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok. – 3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.
  2. Tahap protolinguitik – 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).
  3. Tahap linguistik – 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.

Tahap perkembangan bahasa menurut Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.
  1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan. Periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.
  2. Kata – kata pertama : transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
  3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.
  4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa.

       Perkembangan Bahasa
Bayi beru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut dengan istilah infant artinya tidak mampu berbicara. Istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan kemempuan berbicara. Perkembangan bahasa bayi dapat dibagi dua yaitu; tahap perkembangan artikulasi, dan 2) tahap perkembangan kata dan kalimat (Poerwo, 1989).
1.      Tahap Perkembangan Artikulasi
Tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir kira-kira berusia 14 bulan. Usaha kea rah “menghasilakan” bunyi-bunyi itu sudah mulai pada minggu-minggu sejak kelahiran bayi tersebut. Perkembangan menghasilkan bunyi ini disebut perkembangan artikulasi, dilalui seorang bayi melalui rangkaian tapap sebagai berikut.
a.      Bunyi Resonansi
Penghasilan bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari kegiatan dan perkembangan montorik bayi pada bagian rongga mulut. Baunyi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa tidak enak atau merasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai batuk, bersin, dan sedawa.  Disamping itu, ada pula bunyi bukan tangis yang disebut bunyi “kuasi resonansi, bunyi ini belum ada konsonannya dan vokalnya belum sepenuhnya mengandung resonansi.



b.      Bunyi berdekut
Mendekati usia dua bulan bayi telah mengembangan kendali otot mulut untuk memulai dan mengentikan gerakan secara mantap. Pada tahap ini suara tawa dan suara berdekut (cooking) telah terdengar. Bunyi berdekut ini agak mirip dengan bunyi [ooo] pada burung merpati. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi konsonan belakang dan tengah dengan vocal belakang, tetapi dengan resonansi penuh. Bunyi konsonannya mirip dengan bunyi [s] dan bunyi hampat velar yang mirip dengan bunyi [k] dan [g].
c.       Bunyi Berleter
Berleter adalah mengelurkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan. Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara empat sampai enam bulan.
d.      Bunyi Berleter Ulang
Tahap ini dilalui si anak berusia antara enam sampai sepuluh bulan. Konsonan yang mula-mula dapat diucapkan adalah bunyi labial [p] dan [b], bunyi letup alveolarm [t] dan [d], bunyi nasal [j]. Yang paling umum terdengar adalah bunyi suku kata yang merupakan rangkaian konsonan dan vocal seperti “ba-ba-ba” atau “ma-ma-ma”.
e.       Bunyi vakabel
Vakabel adalah bunyi yang hamper menyerupai kata, tetapi tidak mempunyai arti dan bukan merupkan tiruan orang dewasa.  Vokabel ini dapat dihasilkan oleh sang anak antara usia 11 sampai 14 bulan.
2.    Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
     Kemampuan bervakabel dilanjutkan dengan kemampuan mengucapkan kata, lalu mengucapkan kalimat sederhana, dan kalimat yang lebih sempurna.
a.      Kata Pertama
Kemampuan mengucapkab kata pertama sangat ditentukan oleh penguasaan artikulasi, dan oleh kemampuabn mengaitkan kata dengan benda yang menjadi rujukkan (de Vilers, 1097 dalam Purwo, 1989). Pada tahap ini anak cenderung menyederhanakan pengecapannya yang dilakukan secara sistematis.
b.      Kalimat Satu Kata
Kata pertama yang berhasil diucapkan anak akan disusul oleh kata kedua, ketiga, keempay dan seterusnya. Kalimat satu kata yang lazim disebut ucapan holofrasis.
c.       Kalimat Dua kata
Yang dimaksud dengan kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata.

d.        Kalimat Lebih lanjut
Pernguasaan kalimat dua kata mencapai tahap tertentu, maka berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri dari tiga buah kata.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Secara harafiah pemerolehan bahasa pertama dapat diartikan sebagai penerimaan pesan berupa bunyi-bunyi oleh anak semenjak ia masih bayi. Kita semua tidak menyangkal akan kesanggupan seorang anak yang biasa berkomunikasi dalam usia yang masih terhitung hari, minggu atau bulan. Kegiatan awal seorang bayi adalah meraba, berceloteh atau menangis.Ia juga bisa mengkomunikasikan sejumlah pesan baik secara vokal maupun non vokal.
            Pemerolehan Bahasa Pertama  bisa diartikan bagaimana anak memperoleh bahasa ibu tanpa kesengajaan dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan tersebut adalah orang-orang yang ada di sekitarnya dan ragam bahasa yang digunakan oleh mereka yang sempat tertangkap oleh daya simak seoarang anak. Pada kenyataannya anak yang normal memperoleh bahasa pertama dari orang-orang yang ada disekitarnya. Sementara kita mengesampingkan dahulu terhadap keadaan anak yang ‘tuli’ atau ‘bisu’. Pemerolehan bahasa ini tanpa diminta, tanpa disengaja dan tanpa diperintah. Sebagaimana sifat dasar anak adalah meng’imitasi’ dari sifat orang tuanya atau dari lingkungan tempat ia tinggal dan berkembang.
Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap :
  1. Tahap pralinguistik – 0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok. – 3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.
  2. Tahap protolinguitik – 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).
  3. Tahap linguistik – 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa
dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.

A.    Saran
            Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para  pembaca sekalian demi tercapainya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Chear, Abdul. 2002.Psikolinguistik kajian Teori. Jakarta. Rineka Cipta
Setyawati, Nanik. 2009. Teori Balajar Bahasa. Semarang. IKIP PGRI Semarang
http://www.pola asuh dalam perkembangan bahasa anak.com
http;// www.perkembangan bahasa anak.html
Parera, J.D, Menulis Tertib dan Sistematik, Jakarta: Erlangga, 1983

Soenjono Dardjowidjoyo, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC, 1995

Monks, F.J, dkk, Psikologi Perkembangan, terjemahan, penyesuaian, dan penulisan naskah kembali buku berjudul Ontwikkeling Psychologie, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.


0 komentar:

Posting Komentar